Jakarta (ANTARA News) - Target pengurangan angka kemiskinan sekitar 8,2 persen dari total penduduk Indonesia pada 2009 tidak realistis jika pemerintah terus melakukan program pengentasan kemiskinan seperti saat ini yang sifatnya "ad hoc". "Target pengurangan angka kemiskinkan `wassalam`," kata anggota Tim Indonesia Bangkit (TIB) Dradjat Wibowo di Jakarta, Sabtu, dalam jumpa pers TIB mengenai angka kemiskinan dan inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (1/9) mengumumkan, jumlah penduduk miskin naik 3,95 juta orang dari 35,1 juta orang pada Februari 2006 (15,97 persen dari jumlah penduduk) menjadi 39,05 juta orang pada Maret 2006 (17,75 persen). Pemerintah, kata Dradjat yang juga pengamat ekonomi, harus mengubah program pengentasan kemiskinan, yakni terutama yang dapat menciptakan lapangan kerja. "Ciptakan lapangan kerja sebanyak mungkin. Jika penduduk kerja maka berarti dapat penghasilan sehingga mereka dientaskan dari kemiskinan," katanya. Pengembangan industri tekstil dan industri rumahan adalah salah satu program yang dapat menyerap tenaga kerja banyak atau sektor yang padat karya, katanya. Ia juga meminta pemerintah membangun jalan, irigasi dan rumah susun secara besar-besaran. Saat ini, katanya, program pengentasan kemiskinan bersifat "ad hoc". "Seperti memberikan obat panadol untuk menghilangkan sakit sementara," katanya. Untuk itu, Dradjat yang juga anggota DPR RI, minta pemerintah mengganti program bantuan langsung tunai (BLT) dengan program pada karya. Dradjat makin mengkhawatirkan sulitnya mengentaskan kemiskinan karena makin rendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan angkatan kerja.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006