Jakarta (ANTARA News) - Film ini untuk siapa saja yang haus akan kebebasan.

The Secret Life of Walter Mitty mengajak penontonnya berpetualang mengejar mimpi dan berani menangkapnya agar tidak hanya menjadi gelembung-gelembung fantasi.

Tetapi jangan pikir film ini terlalu serius. Sutradara Benjamin Edward Stiller atau Ben Stiller menuangkan proses pencarian itu dalam film drama yang menghibur.

Stiller juga menampilkannya dengan detail komposisi gambar yang indah dan sentuhan musik garapan Theodore Shapiro yang membuat film berdurasi 114 menit ini semakin enak dinikmati.

The Secret Life of Walter Mitty merupakan film adaptasi kedua dari cerita pendek dengan judul yang sama karya James Thurber. Tahun 1947, Norman Z. McLeod lebih dulu mengangkat cerita tersebut ke layar lebar dengan Danny Kaye sebagai Walter Mitty.

Sementara Ben Stiller, bintang "Film Night at The Museum", memilih memerankan sendiri tokoh Walter Mitty dan berhasil menggambarkan karakter Walter Mitty.

Walter Mitty, Manajer Aset Klise majalah Life, bukan seorang pemberani. Ia terlalu tidak percaya diri, jalannya bungkuk, cara berpakaiannya kuno, dan cenderung kaku.

Ayahnya meninggal saat ia masih remaja. Dan sebagai anak pertama, ia harus menghidupi ibunya, Edna Mitty (Shirley MacLaine) dan adiknya, Odessa Mitty (Kathryn Hahn).

Bagi Mitty yang melankolis, kepergian sang ayah menjadi kenangan yang selalu menyedihkan. Kejadian itu juga mengubah Mitty yang tadinya master bermain long board berambut mohawk menjadi sosok yang sekarang.

Dalam pergaulannya di kantor, Mitty tentu saja tidak populer. Bahkan ia cenderung mudah dikucilkan. Ia sering tenggelam dalam pekerjaannya di ruang gelap dan lamunannya.

Ya, Mitty sangat, sangat suka melamun. Sepertinya dari situ lah ia bisa menjadi apa-apa yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata.

Fantasi Mitty bergerak liar dan membentuk dirinya menjadi sosok yang tangguh bak pahlawan dalam adegan-adegan film. Aksi-aksi Mitty dalam fantasinya luar biasa, kadang berlebihan, dan sering mengundang tawa.

Dalam lamunan Mitty, teman kerjanya Cheryl Melhoff (Kristen Wiig) menjadi cinta sejati Mitty yang selalu ia selamatkan dari mara bahaya.

Mitty butuh cinta. Dan Cheryl adalah cintanya. Apadaya, Mitty hanya bisa mengamati Cheryl dari kejauhan. Ia mencari tahu sosok wanita yang baru sebulan bekerja di kantornya itu dari situs pencarian jodoh eHarmony.

Saking datarnya hidup Mitty, ia sampai tidak tahu harus menceritakan pengalaman menarik apa dalam biodatanya di situs eHarmony.

Sementara itu, seiring dengan perkembangan media online, Majalah Life tempat dia bekerja pun ikut terguncang. Mitty dan ratusan karyawan yang telah belasan tahun bekerja terancam dipecat karena perusahaannya akan diakuisisi.

Pada saat-saat genting itu, Mitty seperti ketiban sial. Fotografer Sean OConnell (Sean Penn) yang cukup dekat dengan Mitty mengiriminya paket dengan klise foto untuk seri terakhir majalah tersebut.

Dalam suratnya, OConnell meminta sebuah foto untuk halaman depan. Masalahnya, foto yang disebut OConnell sangat bermakna itu tidak ada. Dan Mitty harus mencari OConnell yang keberadaannya tidak pernah diketahui.

Keluar dari Mimpi
Apa yang dialami Mitty selanjutnya mungkin tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Tekanan tanggungjawabnya untuk mendapatkan foto tersebut memaksa Mitty untuk mencari OConnell berdasarkan sisa-sisa foto kiriman OConnell, yang menunjukkan fotografer kawakan itu sedang di Greenland.

Dengan uang pribadinya, Mitty pun nekat pergi ke Greenland. Namun ia harus menelan kekecewaan orang yang ia cari ternyata sudah pergi. Ia kemudian harus menyusul OConnell dengan menumpang helikopter yang pilotnya sedang mabuk.

Petualangan selanjutnya masih menanti Mitty, membawanya ke tengah lautan yang membuatnya hampir ditelan hiu, sampai nyaris mati karena erupsi Gunung Eyjafjallajokull di Islandia.

Namun ia belum berhasil bertemu OConnell dan harus kembali ke New York dengan tangan hampa. Ia pun dipecat. Dan patah hati karena Cheryl.

Tapi Mitty tidak terpuruk. Ia melanjutkan petualangan mencari OConnell dari Afghanistan hingga ke Pegunungan Himalaya. Mitty memulai petualangannya dengan berani. Meskipun ada yang harus ia relakan pergi.

Petualangan Mitty mengajarkan bahwa proses pencarian justru jauh lebih bermakna meskipun terkadang, apa yang dicari ternyata berada hampir tidak berjarak dengan kita.

Dan seperti yang diucapkan OConnell kepada Mitty saat mereka akhirnya bertemu; hal-hal indah tidak meminta untuk diperhatikan.

Pewarta: Monalisa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014