Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan bom dan senjata api di seluruh Irak menewaskan 19 orang, Sabtu sementara kelompok garis keras meledakkan sebuah jembatan penting yang menghubungkan ibu kota Baghdad dengan daerah utara, terbaru dalam sejumlah aksi kekerasan.

Pertumpahan darah itu, yang menambah jumlah korban jiwa selama Januari menjadi lebih dari 800 orang, terjadi menjelang pemilu yang menurut rencana akan diselenggarakan 30 April, dan menimbulkan kekhawatiran Irak akan dilanda kembali konflik besar-besaran.

Menghadapi konflik selama berminggu-minggu di Provinsi Anbar, barat Baghdad, dan aksi kekerasan terburuk yang berlarut-larut di Irak sejak tahun 2008, pihak berwenang didesak oleh para pemimpin asing mengusahakan rekonsiliasi politik dalam upaya menghambat dukungan bagi kelompok garis keras.

Tetapi Perdana Menteri Nuri al-Maliki mengambil sikap garis keras dengan satu tujuan untuk mengamankan pemilu, dan para pejabat telah melaksanakan operasi-operasi keamanan.

Serangan-serangan senjata api dimulai Jumat malam di daerah permukiman Nazal, Fallujjah dan berlanjut sampai Sabtu subuh, menewaskan delapan orang termasuk seorang anak muda dan mencederai tujuh orang, kata dokter Ahmad Shami dari rumah sakit kota itu.

Penduduk kota dekat Baghdad menuduh tentara atas serangan itu. Para pejabat pertahanan menegaskan militer tidak bertanggung jawab atas serangan itu.

Dekat ibu kota Provinsi Anbar, Ramadi lebih jauh ke barat, para pejabat keamanan mengatakan mereka membunuh 20 anggota kelompok garis keras di daerah Abu Faraj, kata televisi pemerintah.

Fallujah dan bagian-bagan lain Ramadi telah dikuasai para petempur anti-pemerintah selama beberapa minggu, sejumlah dari mereka dari kelompok Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) yang punya hubungan dengan Al Qaida.

Ini adalah pertama kali kelompok garis keras menguasai kota di Irak sejak aksi kekerasan mencapai puncaknya setelah invasi pimpinan Amerika Serikat tahun 2003. Pertempuran meletus di daerah Ramadi pada 30 Desember ketika pasukan keamanan membersihkan kamp protes Sunni.

Aksi kekerasan kemudian meluas ke Fallujah, saat kelompok garis keras masuk dan menguasai kota itu dan bagian-bagian dari Ramadi setelah pasukan keamanan mundur, demikian AFP.
(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014