Aden (ANTARA News) - Sejumlah orang bersenjata tak dikenal yang diduga anggota Al Qaida hari Minggu menembak mati seorang perwira polisi Yaman di provinsi wilayah tenggara, Hadramawt, kata seorang pejabat keamanan.

Dua penyerang yang naik sepeda-motor melepaskan tembakan yang menewaskan Letnan Kolonel Omar al-Mahthuthi di kota Hawra ketika ia kembali ke rumahnya, kata pejabat itu kepada AFP.

Penyerang "yang anggota Al Qaida" melarikan diri dari lokasi kejadian, tambah pejabat itu.

Al Qaida di Semenanjung Arab dituduh bertanggung jawab atas sebagian besar serangan terhadap personel militer dan aparat keamanan di Yaman.

Kelompok itu hampir tidak pernah mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan, namun mengakui serangan siang hari yang berani terhadap kementerian pertahanan di Sanaa yang menewaskan 56 orang pada 5 Desember.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida, demikian menurut laporan AFP.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014