Kalau sejahtera, besar kemungkinan bagi kami para petani untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan di sana...
Bandung (ANTARA News) - Kontak Tani dan Nelayan Andalayan (KTNA) Jawa Barat berharap padi yang dihasilkan petani disubsidi pemerintah dengan harga tinggi, untuk kemudian padi tersebut diolah menjadi beras dan dijual murah untuk seluruh warga Indonesia.

"Selama ini tidak demikian. Harga gabah kering giling sekarang hanya Rp4.200 per kilogramnya. Harapan kami, minimal pemerintah bisa membeli padi kami dua kali lipat dari harga itu," kata Penasehat KTNA Jawa Barat, Nono Sambas di Bandung, Selasa.

Ditemui usai berdialog tentang pertanian dengan Capres Konvensi Partai Demokrat Ali Masykur Musa, di Bandung, Nono mengatakan pemerintah harus memperhatikan nasib para petani di Tanah Air.

"Kepada pemerintah, perhatikan petani. Kalau petani kehidupan bagus maka persoalan kriminalitas, kemacetan, dan masalah sosial lainnya, Insya Allah akan teratasi," kata dia.

Menurut dia, kondisi pertanian dan petani di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, seperti semakin berkurangnya petani pemilik dan beralih menjadi petani penggarap.

"Ini artinya, saat ini banyak lahan bukan milik petani. Siapa yang punya lahan. Untung kalau yang punya itu warga Indonesia. Bagaimana kalau hanya warga yang mirip saja," kata Nono yang juga menjabat sebagai Ketua KTNA Kabupaten Bandung.

Dikatakan dia, dengan banyaknya petani penggarap, maka penghasilan petani berada di bawah standar, bahkan pendapatannya lebih kecil daripada pendapatan buruh.

"Diasumsikan, petani pemilik lahan yang diasumsikan 1 hektar hanya bisa merauk Rp2 juta per bulannya. Maka, minimal harus ada subsidi minimal pada produknya," kata dia.

Ia menuturkan, kalau perhatian dari pemerintah kepada petani besar maka, para petani akan semakin bergairah menggarap lahannya dan tidak akan "hijrah" ke kota untuk mencari pekerjaan.

"Kalau sejahtera, besar kemungkinan bagi kami para petani untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan di sana," kata dia.


(KR-ASJ)

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014