Nanjing, China (ANTARA News) - China dan Taiwan untuk pertama kalinya pada Selasa mengadakan pembicaraan tingkat tinggi sejak terjadinya perpecahan sengit antara kedua pihak 65 tahun yang lalu.

Pembicaraan itu adalah sebuah langkah simbolis sekaligus bersejarah yang menandai komunikasi resmi pertama antara kedua negara rival itu.

Pejabat pemerintahan Taiwan Wang Yu-chi, yang mengawasi kebijakan China terhadap pulau Taiwan, akan bertemu dengan rekannya dari China Zhang Zhijun untuk melakukan pembicaraan yang dijadwalkan akan berlangsung hingga 14 Februari.

Pertemuan di kota Nanjing, di sebelah timur China itu adalah hasil dari upaya bertahun-tahun untuk menormalkan hubungan kedua pihak, dan pertemuan itu akan menjadi interaksi tingkat tertinggi sejak perpisahan mereka pada akhir perang saudara pada 1949.

Pada tahun itu, dua juta pendukung pemimpin nasionalis Chiang Kai-shek melarikan diri ke Taiwan - yang secara resmi masih dikenal sebagai bagian dari Republik China - setelah kalah dalam perang sipil melawan kelompok Komunis Mao Zedong.

Sejak saat itu, Taiwan dan China memiliki pemerintahan terpisah, dan keduanya mengaku sebagai pemerintah sejati China, namun pada tahun 1990-an Taiwan dan China kembali membangun komunikasi melalui suatu organisasi yang tidak terlalu resmi.

Meskipun tidak ada pemberitahuan mengenai agenda resmi untuk pembicaraan --yang umumnya dinilai sebagai latihan simbolis untuk membangun kepercayaan--, pejabat Taiwan Wang Yu-chi bulan lalu mengatakan kedua pihak telah memperoleh "implikasi penting untuk pelembagaan lebih lanjut hubungan antara kedua belah pihak".

Sejauh ini, para analis menilai pemerintah Taiwan cenderung berfokus dalam menuai hasil praktis dari pembicaraan yang dilakukan, seperti mengamankan manfaat ekonomi atau jaminan keamanan bagi negaranya, sementara pihak China terus berfokus pada upaya integrasi pulau Taiwan dalam jangka panjang.

Sampai saat ini, pihak China masih memandang Taiwan sebagai wilayah yang sedang memberontak dan menunggu reunifikasi dengan negara itu.

Pemerintah China pun telah berulang kali menolak untuk menghapus kemungkinan penggunaan kekuatan paksa guna mengambil kembali pulau Taiwan.

(Y012)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014