Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian akan mengembangkan bahan bakar nabati atau biofuel dengan bahan baku kelapa untuk membantu nelayan di kawasan pesisir maupun pulau-pulau terpencil. Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, Sabtu menyatakan, untuk pengembangan proyek tersebut pada tahap awal akan dilakukan di enam wilayah di Indonesia. "Dengan penggunaan bahan bakar nabati berbahan kelapa ini harganya lebih murah apalagi jika nantinya harga solar tidak lagi disubsidi," katanya pada pencanangan Penanaman Kelapa dan Penggunaan Biodiesel Untuk Nelayan dan Angkutan Darat di Pelabuhan Nizam Zahman Muara Baru Jakarta Utara. Pada pencanangan tersebut Mentan mencoba menaiki perahu nelayan dengan memanfaatkan bahan bakar biodiesel minyak kelapa serta melepas mobil berbahan bakar yang sama untuk melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Situbondo, Jawa Timur. Mentan menyatakan, nelayan di wilayah terpencil selalu mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) solar maupun minyak tanah untuk melaut selain harganya mahal barangnya juga susah didapatkan. Oleh karena itu, tambahnya, penggunaan biodiesel tersebut diharapkan mampu menyediakan bahan bakar bagi nelayan dengan harga terjangkau. Mengenai wilayah yang akan dijadikan pengembangan biofuel berbahan kelapa tersebut, Anton menyatakan, pada 2007 akan dilakukan pilot proyek di Riau, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Barat. Sementara itu Direktur Incofact Bioenergi Baluran Situbondo Jatim, M.Yahya Arif menyatakan, biodiesel berbahan kelapa lebih murah dan menguntungkan karena biaya produksi yang dikeluarkan hanya Rp3.600/liter sementara harga jual mencapai Rp4.000/liter. Selain itu, tambahnya, proses pembuatannya juga cukup mudah dibanding BBM solar maupun minyak, karena bahan bakar nabati tersebut hanya memerlukan fermentasi selama 8 jam untuk solar dan 4 jam dengan minyak tanah. "Yang jelas pengembangan biodiesel dengan kelapa ini tidak akan kehabisan bahan baku karena masa panen kelapa tak mengenal musim," katanya. Syahril, Kepala Rukun Nelayan Muara Baru mengakui, penggunaan biodisel selama tiga hari tidak menimbulkan masalah terhadap mesin perahunya. Selain itu, tambahnya, menggunakan bahan bakar biodiesel lebih hemat hingga 20 persen dibanding memakai solar. Dia mengatakan, selama ini harga solar terlalu memberatkan bagi nelayan pantai seperti dirinya yang hanya melaut dari subuh hingga pagi hari.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006