Cirebon, (ANTARA News) - Perairan Pantai Utara Jawa sudah mendesak dibangun suaka perikanan untuk mengembalikan fungsi ekologis perairan umum sehingga reproduksi biota laut bisa berjalan baik dan mendukung pemanfaatan sumber daya perikanan, kata Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya Dr Darnas Dana di Cirebon, Selasa (12/9). Dikatakannya, meskipun biota laut bukan merupakan sumber yang tidak dapat diperbaharui, tetapi jika diekploitasi berlebih maka akan mengganggu reproduksi. "Oleh karena itu perlu ada suaka perikanan yang akan menghasilkan benih-benih ikan sehingga potensi lestari perairan bisa terjaga", katanya pada Sosialisai Suaka Perikanan yang diikuti puluhan nelayan di Balai Desa Grogol, Kecamatan Cirebon Utara. Ia menjelaskan, kondisi perairan Pantura Jawa sudah over fishing dimana jumlah nelayan tidak sebanding dengan potensi lestari perairan yang ada, dan hal itu diperparah dengan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. "Akibat kesulitan mencari ikan di sini, banyak nelayan Cirebon yang hijrah ke tempat lain, dan terkadang menimbulkan bentrokan dengan nelayan di sana", katanya. Ia mengatakan, Pemerintah Daerah perlu segera menetapkan wilayah yang akan dilindungi melalui Perda Suaka Perikanan lalu dibuat pembagian zona yaitu zona inti, zona peyangga, zona usaha dan zona bebas. Beberapa kegiatan pengelolaan suaka perikanan yaitu penebaran benih, melarang penangkapan ikan di zona inti, melarang penangkapan ikan dengan alat tangkap yang tak ramah lingkungan, dan memodifikasi perlindungan fisik lingkungan misalnya dengan pembuatan rumpon buatan atau rumpon berbasis budidaya kerang hijau. Rangka bambu Dede Irving Hartoto dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI, mengatakan, struktur rangka bambu dalam budidaya kerang hijau ternyata berfungsi juga sebagai rumpon sehingga menjadi perkembangbiakan makanan bagi ikan, tempat pemijahan ikan, dan tempat untuk mengasuh anakan ikan. "Budidaya kerang hijau di dalam kawasan suaka perikanan atau rumpon suaka sangat cocok dikembangkan di Pantura Jawa ini, agar ikan dan iota laut mempunyai tempat untuk berkembang biak tanpa gangguan dari aktifitas penangkapan", katanya. Sadali, pembudiya kerang hijau dari Desa Klayan dalam acara itu mengungkapkan bahwa keberadaan bagan kerang hijau telah berfungsi sebagai rumpon karena terbukti membuat sejumlah ikan mampu berkembang biak dan bertambah banyak di sekitar bagan itu. Ia sendiri akhirnya menemukan pola usaha yang ideal yaitu bulan 1 sampai 6, adalah panen kerang hijau, kemudian bulan 7 sampai 9 adalah penangkatan ikan besar di sekitar bagan kerang hijau dan bulan 9 sampai 12 adalah penangkapan ikan kakap dengan jaring khusus pada bagian terluar dari kawasan bagan kerang hijau. "Dari hasil coba-coba ternyata model bagan akhirnya, pembangunan sitem turap dengan batang bambu yang tenggelam di air dan jarak antar bambu 50 cm ternyata menghasilkan kerang lebih banyak dan biaya yang lebih murah", katanya yang sudah melaporkan hasil penemuannya kepada LIPI beberapa bulan sebelumnya. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cirebon Ir Nunung S Nurjanah mengingatkan sistem budidaya kerang hijau bambu yang tenggelam itu harus diberi ciri khusus misalnya dengan bendera dan atau tiang dengan cat yang bisa memantulkan cahaya agar tidak mencelakakan kapal nelayan lain yang melintasi daerah itu.(*)

Copyright © ANTARA 2006