Awal 2017 kita harapkan Batan Tekno menjadi perusahaan yang dapat menguasai pasar radio isotop (bahan kimia yang digunakan untuk mendeteksi penyakit kanker dalam tubuh manusia) terbesar di Asia."
Jakarta (ANTARA News) - PT Batan Tekno (Persero) akan membangun reaktor nuklir pengayaan uranium sistem rendah berkapasitas 900 curie per minggu di kawasan Subang, Jawa Barat dengan investasi Rp1,2 triliun.

"Persiapan pembangunan reaktor nuklir sudah selesai dari aspek dan disain. Tinggal menunggu proses perizinan dari Bapeten," kata Dirut Batan Tekno, Yudiutomo Ismardjoko, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin.

Menurut Yudiutomo, reaktor nuklir untuk keperluan dunia kesehatan tersebut diharapkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2016.

Untuk membayai pembangunan reaktor nuklir di Subang tersebut, Batan Tekno mendapat dukungan dari Russian Development Bank.

"Dari kebutuhan dana Rp1,2 triliun, sebesar 70 persen akan dibiayai dari pinjaman bank, selebihnya 30 persen dari dana internal," katanya.

Untuk mengembangkan reaktor di Subang, Batan Tekno akan menggandeng Mesir dan Belgia.

"Kita bekerja sama dengan dua negara tersebut karena mereka sudah berpengalaman dan juga sudah punya reaktor yang serupa," ujarnya.

Saat ini Batan Tekno baru memiliki reaktor nuklir kesehatan di Serpong dengan kapasitas 300 curie per minggu.

Selain di Subang, Batan Tekno secara bersamaan juga sedang membangun reaktor nuklir di Amerika Serikat dengan menggandeng Babcock & Wilcox, perusahaan asal negeri Paman Sam.

"Pembangunan reaktor di Amerika Serikat dimulai pada 2014, dan diharapkan beroperasi pada awal 2017 dengan kapasitas 3.000 curie per minggu," ujarnya.

Adapun komposisi pemegang saham sebesar 51 persen milik Batan Tekno, sedangkan Babcock & Wilcox menguasai 49 persen.

Jika pembangunan reaktor di Subang selesai maka kapasitas produksi Batan Tekno di dalam negeri (Subang dan Serpong) mencapai 1.200 curie per minggu, sedangkan jika digabung dengan reaktor di Amerika Serikat, maka total kapasitasnya bisa mencapai 4.200 curie per minggu.

"Awal 2017 kita harapkan Batan Tekno menjadi perusahaan yang dapat menguasai pasar radio isotop (bahan kimia yang digunakan untuk mendeteksi penyakit kanker dalam tubuh manusia) terbesar di Asia," ujarnya.

Menurut Yudhiutomo, hasil produksi radio isotop Batan Tekno di Amerika Serikat untuk memenuhi permintaan sekitar 1.500 rumah sakit di negara itu.

Sedangkan hasil produksi dari Subang untuk memasok sekitar 60 rumah sakit, yang terdiri 15 rumah sakit di Indonesia, dan selebihnya untuk keperluan rumah sakit di Malaysia, Philipina, Bangladesh dan Vietnam. (R017)

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014