New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia, Kamis, anjlok menuju ke tingkat terendah selama hampir enam bulan, menyusul munculnya kabar naiknya cadangan gas alam AS dan ditundanya pemogokan pekerja minyak di Nigeria. Kontrak utama minyak jenis ringan untuk pengiriman Oktober di New York turun 75 sen dan ditutup pada 63,22 dolar AS per barel, setelah anjlok di bawah 63 dolar -- nilai terendah sejak 23 Maret. Di London, minyak Laut Utara Brent untuk pengiriman Oktober juga tertahan 75 sen untuk tetap di 62,24 dolar pe barel. Kamis pagi, Brent sempat menyentuh 61,96 dolar -- harga terendah sejak 23 Maret. "Secara keseluruhan pasar mencoba menemukan dimana posisi dasar," kata analis dari Global Insight, Simon Wardell, merujuk pada tingkat harga mana penurunan ini bisa dihentikan. Pasar juga mereaksi terhadap berita bahwa Serikat Pekerja Perminyakan dan Gas Alam serta Asosiasi Staf Perminyakan dan Gas Alam menunda pemogokannya di Nigeria, produsen minyak terbesar di Afrika. Sebelumnya mereka menyuarakan pemogokan selama tiga hari dari Selasa untuk menolak ketidakstabilan di kawasan Delta Nigeria yang rentan, tempat produksi minyak terbesar negara itu. Sementara itu, laporan yang menunjukkan menguatnya persediaan gas alam -- kini 12 persen di atas level normal untuk satu musim -- selintas menurunkan tensi di pasar energi. Harga berjangka gas alam turun di bawah lima dolar per MBBTU, terendah sejak 2004 dan anjlok 10 persen dalam sehari. Meskipun harga minyak akhirnya turun, IMF, Kamis, mengatakan menguatnya perekonomian AS dan China akanmenjadi jembatan bagi masalah pasokan sehingga harga minyak akan tetap tinggi tahun depan, dengan harga di pasar sekitar 70-75 dolar pe barel. Dana Moneter Internasional mengingatkan bahwa eskalasi yang berlanjut di harga minyak di atas level itu tidak dapat dilepaskan dari meningkatnya suhu yang melibatkan Nigeria, Iran atau negara pemasok utama lainnya. "Harga minyak naik selama delapan bulan mencerminkan aktivitas dunia yang tidak menentu yang mencerminkan jawaban permintaan minyak terhadap makin tingginya harga dan kekhawatiran terhadap pasokan terkait ketidakstabilan geopolitik," kata IMF dalam laporan kilasan ekonomi semi tahunannya, seperti dilaporkan AFP. Di masa depan, dengan kelebihan kapasitas diperkirakan tetap ketat, pasar berjangka berharap harga minyakmentah akan tetap tinggi untuk 2006 dan 2007. Harga minyak berjangka melonjak sampai rekor tertinggi di atas 78 dolar per barel pada Juli dan Agustus. (*)

Copyright © ANTARA 2006