Cilacap (ANTARA News) - Sejumlah warga Perumahan Griya Kencana Permai (GKP) dan Kelurahan Karangkandri, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, akan mendemo Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peresmian PLTU Cilacap yang menurut rencana berlangsung Rabu (20/9). Beberapa warga Perumahan GKP saat ditemui ANTARA, Jumat, mengatakan, aksi itu terpaksa dilakukan karena warga menilai PLTU Cilacap tidak memperhatikan keluhan masyarakat sekitar terkait dugaan pencemaran debu batu bara dari lokasi penimbunan. "Pihak PLTU harus menyelesaikan masalah pencemaran debu hitam yang tiap hari kami hirup terlebih dahulu setelah itu baru ada peresmian. Jangan asal beroperasi tanpa mempedulikan masyarakat sekitar," ujar Turki, warga Perumahan GKP dengan nada kesal. Komentar serupa juga disampaikan Yudhi (26), warga setempat yang tidak setuju dengan rencana PLTU meresmikan operasionalnya. Sudah lebih dari setengah tahun warga sekitar resah dengan debu hitam pekat yang hampir setiap hari mencemari permukaan rumah dan isinya, serta mengancam kesehatan warga sekitar kawasan tersebut. Sementara itu, Karsono salah seorang warga lainnya, menyatakan pada prinsipnya warga Kelurahan Karangkandri mendukung adanya PLTU di kawasan tersebut, asal tidak mengganggu dan meresahkan masyarakat. Sudah beberapa kali pengelola PLTU dalam hal ini PT S2P mengadakan pertemuan dengan warga setempat untuk membahas langkah PLTU mengatasi masalah yang dihadapai warga. Namun hingga sekarang kondisi lingkungan akibat dugaan pencemaran tidak ada perubahan. Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkngan Hidup (KDLH) Cilacap, Sunarno mengatakan, pihaknya sudah mengeluarkan teguran secara tertulis kepada pengelola PLTU Cilacap. Sebab, berdasarkan hasil pengawasan dan pengecekan DKLH di lapangan, debu pekat itu berasal dari penimbunan batubara (cool yard) PLTU. "Material debu itu mencemari pemukiman penduduk serta sejumlah ruas jalan yang dilalui armada pengangkut batu bara. Pihak PLTU juga telah melakukan upaya pencegahan pencemaran debu dengan penyemprotan air ke penimbunan batu bara dengan model `jet sprayer`," jelasnya. Pihak DKLH mengimbau agar PLTU mengganti alat semprot dengan model "water sprayer", memasang tirai pelindung di sekeliling lokasi penimbunan, melengkapi armada pengangkut batu bara dengan penutup serta membersihkan ceceran batu bara pada ruas jalan yang dilalui armada tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2006