Donetsk, Ukraina (ANTARA News) - Para pemrotes pro-Kremlin Sabtu menyerang gedung badan keamanan di kota Denotsk, Ukraina timur, menuntut pembebasan "gubernur" yang mereka angkat sendiri serta hak suara mereka untuk memutuskan bergabung dengan Rusia.

AFP melaporkan aksi itu terjadi pada malam sebelum satu referendum di Krimea, yang dipastikan bahwa semenanjung itu akan melepaskan diri dari Ukraina dan masuk ke dalam Federasi Rusia.

"Referendum, Referendum," teriak sekitar 5.000 orang di Taman Lenin Donetsk semetara sekitar 12 polisi anti-huru hara mengawasi, sebelum para pemrotes bergerak ke markas badan intelijen SBU.

Dua pria muda memanjat pintu masuk gedung itu, menurunkan bendera Ukraina dan menggantinya dengan satu bendera Rusia bertuliskan kata-kata "Republik Donetsk".

Protes itu terjadi tiga pekan setelah pemberontakan rakyat yang menggulingkan presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang pro-Rusia serta pasukan yang setia kepada Moskow merebut semenanjung Kremia.

Di Donetsk, massa menuntut pembebasan Pavel Gubarev, "gubernur rakyat" yang diumumkan sendiri di daerah itu, yang ditahan pihak berwenang Ukraina pada 6 Maret dan sedang diselidiki untuk kasus separatisme.

"Rakyat marah pada polisi dan pemerintah, yang mengawsi para pemrotes kami," kata Robert Donia, yang menyebut dirinya sebagai wakil Gubarev.

"Mereka membebaskan para pemrotes Maidan (pro-Eropa yang menggulingkan Yanukovych) tetapi tetap memenjarakan rekan-rekan kami. Mengapa undang-undang hanya berlaku untuk mereka?" katanya kepada AFP sebelum memimpin satu unjuk rasa yang meneriakkan "Referendum, Referendum!"

Ketegangan meningkat dengan sejumlah pemrotes terus maju melewati pengepungan polisi dan merusak sejumlah panel kaca.

Akan tetapi, Donia menenangkan situasi dengan mengumumkan bahwa ia telah merundingkan satu perjanjian bagi pembebasan Gubarev Ahad.

"Jika mereka tidak membebaskan dia besok, kami akan kembali dengan jumlah massa dua kali lipat," katanya kepada massa.

Para pemrotes menekankan mereka hanya menggunakan hak mereka untuk menunjukkan tindakan yang sama seperti yang dilakukan seteru mereka yang pro-Eropa di Kiev ketika mereka memaksa mundur Yanukovych.

"Tujuan dari pertemuan ini adalah utuk menunjukkan bahwa Donbass (daerah Donetsk) tidak mendukung revolusi yang terjadi di Kiev," kata Viktor Levandovsi, insinyur kimia berusia 32 tahun.

"Kami tidak ingin hidup di bawah fasis. Kami ingin menentukan nasib sendiri," katanya.

(Uu.SH-RN/T008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014