Wina (ANTARA News) - Negara-negara Arab, yang marah atas kehancuran yang ditimbulkan di Libanon oleh perang Israel terhadap Hizbullah, Rabu melancarkan upaya baru untuk membuat badan pengawas nuklir PBB mengutuk arsenal atom negara Yahudi itu. Israel kembali menolak dengan kasar apa yang telah menjadi upaya tahunan Arab untuk membuat Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menekannya untuk bergabung dengan pakta pengawasan-senjata Perjanjian Non-Proliferasi dan membantu menciptakan zona bebas senjata nuklir di Timur Tengah. Setelah utusan Mesir dan Suriah untuk pertemuan tahunan IAEA mengatakan ketidakstabilan yang dibiakkan oleh sikap Israel, negara Yahudi itu mengatakan zona regional itu merupakan gagasan tak keruan yang sudah belangsung lama karena beberapa negara Arab terus tidak mengakui negara Yahudi itu. Israel tidak mengakui atau membantah memiliki senjata nuklir. Sebagian besar pakar yakin negara itu memiliki sekitar 200 bom atom. Negara Yahudi itu tidak pernah menandatangani NPT yang telah berusia 40 tahun. Limabelas negara Arab yang dipimpin oleh Suriah serta mencakup Mesir dan Jordania, merupakan beberapa yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, dan Libanon minta 141 negara anggota IAEA untuk menekan Israel dalam mosi yang berjudul "Kemampuan dan ancaman nuklir Israel". Penentangan AS dan EU telah merintangi tindakan simbolis tehadap Israel di IAEA pada masa lalu. Tidak seperti beberapa tahun belakangan, ketika pernyataan terhenti di komisi, negara-negara Arab kali ini menempatkan satu resolusi pada agenda sidang pleno dan para diplomat menunjuk pada kemarahann yang meningkat setelah perang Israel dengan Hizbullah menghancurkasn Libanon selatan. Keputusan mengenai resolusi itu diharapkan Jumat. Perang Libanon bergantung permusuhan Setelah Hizbullah menculik dua serdadu Israel dalam satu serangan di perbatasan, Israel melakukan pemboman gencar di Libanon yang negara itu katakan ditujukan pada pejuang Hizbullah tapi yang menewaskan sebagian besar warga sipil dan merusak infrastruktur sebelum gencatan senjata 14 Agustus. Dua pertiga kematian Israel dalam perang itu adalah tentara. Pasukan Israel terus menggempur Gaza karena penculikan seorang tentara Israel lainnya, dan sekitar separuh dari warga Palestina yang tewas dalam serangan itu merupakan warga sipil. "Agresi kejahatan terhadap Libanon dan Palestina harus mendorong kita sekarang ini untuk melihat dua (resolusi) secara serius, percaya," kata Ibrahim Otsman, kepala komisi energi atom Suriah, dalam pidato pada satu pertemuan IAEA di Wina. "Fakta bahwa Israel adalah satu-satunya negara (di Timur Tengah) dengan senjata nuklir dan menolak untuk ikut NPT merupakan masalah yang merusak perdamaian dan keamanan di wilayah kami," katanya. Ramzy Ezzeldin Ramzy, duta besar Msir untuk IAEA, mengatakan: "Ketidakseimbangan (kekuatan) yang berlanjut di Timur Tengah telah mengancam wilayah itu dan memberikan keabsahan pada perlombaan senjata di kawasan itu dan Mesir tidak dapat menerimanya." Gideon Frank, direktur komisi energi atom Israel, mengatakan mosi itu tidak berdasar dan tidak realistik. Ia menyebut "perkembangan proliferasi rudal dan nuklir yang mengkhawatirkan" dalam sindiran pada Iran, yang pemimpinnya secara terbuka menyerukan pembasmian Isrel, dan "Upaya berlanjut oleh sejumlah pemimpin tertentu di kawasan itu untuk menolak juga keabsahan Israel. "Alasan sederhana itu tidak dapat diajukan di luar konteks, (tapi hanya dengan perubahan fundamental iklim strategi-politik regional melalui proses berangsur-angsur pembangunan kepercayaan dan rekonsiliasi, yang disusul oleh langkah pengawasan senjata yang lebih sederhana," kata Frank dikutip Reuters.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006