Jimbaran, Bali (ANTARA News) - Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) berpotensi terus turun sehubungan keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tidak menaikkan suku bunganya di posisi 5,25 persen. "Fed fund rate hampir pasti tidak akan beranjak dari level saat ini yang sebesar 5,25 persen. Artinya, bagi BI terbuka kemungkinan untuk menurunkan suku bunga hingga level 10,25 persen pada akhir tahun ini," kata chieft economist PT CIMB GK Securities Indonesia, Kahlil Rowter, di Jimbaran, Bali Kamis. Kahlil justru mengkhawatirkan pengaruh pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini yang dianggap bisa menahan kecenderungan penurunan BI rate yang dilakukan BI. Namun, menurutnya, keputusan The Fed telah membawa sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah dan mata uang regional lainnya. Bank Sentral AS pada Rabu (Kamis pagi WIB) memutuskan mempertahankan tingkat suku bunganya tetap dalam dua bulan berturut-turut, di tengah-tengah makin jelasnya indikasi bahwa ekonomi AS sedang mengalami pendinginan akibat tekanan inflasi. Sementara mengenai dampak konflik politik di Thailand terhadap pelemahan nilai tukar rupiah, Kahlil mengatakan dampaknya tidak akan besar karena pasar sudah mengetahui kekacauan politik di Thailand sejak lama. "Kudeta di Thailand hanya berdampak sebentar dan rupiah relatif tidak berpengaruh. Ketegangan politik di Thailand sudah berlangsung enam bulan terakhir sehingga pelaku pasar sudah bisa mengantisipasi dampak kejadian di negara itu," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006