Palu (ANTARA News) - Tanda-tanda pelaksanaan eksekusi terhadap tiga terpidana mati kasus kerusuhan Poso di Sulawesi Tengah --Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu-- makin terlihat Jumat dinihari waktu setempat. Wartawan ANTARA News melaporkan dari lapangan bahwa menjelang pukul 02.00 Wita terlihat terjadi peningkatan ekskalasi pengamanan di LP Petobo Palu, tempat ketiga terpidana menjalani penahanan. Puluhan aparat keamanan dengan menenteng senjata mulai bergerak melakukan pengamanan secara berlapis di depan pintu masuk halaman dan gedung LP. Sementara itu, Jln Abdul Rachman Saleh yang menuju Bandara Mutiara Palu telah ditutup dan dijaga ketat aparat. Semua kendaraan yang hendak memasukinya diarahkan ke jalur lain, kecuali kendaran operasional petugas. Penjagaan ekstra ketat semakin terasa ketika memasuki halaman Bandara Mutiara Palu dan "Run Way"-nya. Tempat ini juga sejak Kamis pukul 22:00 Wita mulai disterilkan. Sejumlah penumpang pesawat Boeing 737 milik Lion Air yang mendarat pukul 23:00 Wita setelah melakukan penerbangan dari Makassar segera dicarikan angkutan umum oleh petugas dan diberangkatkan menuju kawasan perkotaan. Mereka yang diangkut mendadak itu merupakan sisa penumpang pesawat yang mengalami kesulitan memperoleh angkutan umum, akibat pesawat Lion Air yang ditumpangi mendarat larut malam di Bandara Mutiara. Beberapa aparat keamanan juga terlihat bolak-balik mengawasi dua pesawat Cassa milik Polri dan PT Merpati Nusantara Airlines yang sedang parkir di pinggir bangunan ruang tunggu. Belum ada konfirmasi dari otoritas berwajib soal peningkatan ekskalasi pengamanan di berbagai tempat itu, namun beberapa wartawan memperkirakan lokasi pelaksanaan eksekusi Tibo dkk akan dilakukan di sekitar Bandara Mutiara pada dinihari. Spekulasi beredar bahwa ketiga terpidana setelah menjalani eksekusi akan diterbangkan ke Beteleme, desa di Kabupaten Morowali yang merupakan tempat domisili Tibo dkk sebelum menjalani penahanan di LP Petobo Palu, melalui lapangan terbang di Soroako, Sulawesi Selatan. Namun, belum ada seorang pun pejabat berwenang (Kapolda dan Kajati Sulteng) memberikan konfirmasi. Semua mereka masih sulit ditemui karena tak diketahui keberadaannya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006