Hal paling buruk yang terjadi pada saya bermula dari perceraian orangtua saya, itu sungguh mempengaruhi hidup saya"
Jakarta (ANTARA News) - Kematian Paula Yates --mantan istri musisi beken Irlandia Bob Geldof-- menyimpan kenangan buruk bagi putrinya Peaches Geldof yang juga harus hidup dengan menanggung beban kecenderungan keluarga berpenyakit mental, kata para psikolog seperti dikutip Sidney Morning Herald.

Peaches Geldof yang adalah model dan sosialita itu ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Kent, sebelah tenggara kota London.

14 tahun sebelumnya, Yates meninggal dunia karena overdosis heroin manakala Peaches masih berusia 11 tahun.

Penyebab kematian Peaches belum diketahui, namun sehari sebelum meninggal dunia dia memposting foto semasa kecilnya bersama sang ibu di Instagram.

"Anak yang mengalami kematian dini orangtuanya sebelum masa remajanya, bisa  mengalami segala macam masalah kejiwaan," kata psikolog Michael Carr-Gregg. "Pengalaman itu juga bisa membuat sang anak mengalami kesedihan patologis saat dia tak bisa mengatasi kehilangan yang serius itu."

Penelitian menunjukkan, rasa kehilangan semasa anak-anak bisa meningkatkan kemungkinan penyalahgunaan obat-obatan, prilaku kriminal dan prestasi rendah di sekolah.

Dr Carr-Gregg mengatakan saat anak di bawah umur lima tahun tak mampu memahami  keumuman dan kepastian sebuah kematian, maka ketika dewasa anak itu akan menjadi pribadi yang jauh lebih rapuh.

"Selama masa remaja Anda dicerabut dari orangtua Anda dan itu mencipta gejolak. Jika orangtua mendadak meninggal dunia pada masa ketika Anda disapih dari mereka, anak akan merasa bersalah dan bingung".

"Kesedihan semasa remaja adalah proses yang amat mengganggu. Mereka tak bersedih seperti orang dewasa dan mereka butuh banyak dukungan untuk melewatinya. Anak-anak seperti ini tumbuh lebih cepat sebagai akibat dari pengalaman tersebut."

Kepala Eksekutif beyondblue, Kate Carnell, mengatakan kematian mendadak orangtua pada "usia transisi kritis" bisa mengantarkan pada masalah kesehatan mental, serangan panik dan mungkin gangguan pasca stres traumatis.

"Seringkali anak mengalami tingkat rasa bersalah yang tinggi dan bertanya apakah mereka bisa mengubah sesuatu."

Pada 2012, Peaches Geldof dinilai kesulitan dan pedih oleh kematian tragis dan mendadak ibunya.

"Saya ingat hari di mana ibu saya meninggal dunia, dan itu tetap sulit dibicarakan. Saya pergi ke sekolah keesokan harinya karena mental ayah saya tetap tenang dan bertahan," kata dia suatu ketika.

Perempuan berusia 25 tahun itu juga pernah mengakui amat terpengaruh oleh perceraian orangtuanya pada 1996 dan mengungkapkan bagaimana dia mengonsumsi narkoba selama masa remajanya yang bergejolak.

"Hal paling buruk yang terjadi pada saya bermula dari perceraian orangtua saya, itu sungguh mempengaruhi hidup saya," kata dia.

Menyusul perceraian ayah  Peaches, Bob Geldof, Yates sendiri berjuang menghadapi masalah mental, sepeninggal kematian kekasihnya Michael Hutchence pada 1997.

Mendiang pernah mengakui kepada seorang psikiatrsis pada 1998 bahwa dia mengalami depresi dan sempat mencoba bunuh diri dua bulan kemudian yang membuatnya kehilangan hak mengasuh anak-anaknya.

Dr Carr-Gregg mengatakan anak dengan orangtua yang mengalami depresi akan empat kali lebih tinggi mengalami gangguan mental dan punya peluang 40 persen mengalami depresi ketika beranjak ke usia 20 tahun.

"Jika kedua orangtua mengalami depresi maka Anda punya peluang 50 persen mengalami depresi," kata dia seraya mengatakan sang anak mewarisi penyakit mental orangtuanya.

Namun dia mengatakan tidak semua anak ditakdirkan untuk mengulang genetika orangtuanya.

"Tergantung pada temperamen seseorang dan berapa banyak dukungan. Kita cukup bisa membangun ketahanan diri kita sendiri. Sekalipun Anda berasal dari latar belakang sengsara Anda bisa menggantikan kondisi-kondisi itu."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014