Kairo (ANTARA News) - Dua orang tewas dalam bentrokan Jumat antara pemrotes dan polisi di kota Fayoum, Mesir, kata beberapa pejabat keamanan.

Para pendukung Presiden terguling Mohamed Morsi terus melakukan protes sejak penggulingannya Juli lalu, meski aparat keamanan melancarkan operasi penumpasan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan memenjarakan ribuan orang.

Salah satu dari dua orang yang tewas Jumat, seorang pria berusia 52 tahun, mati lemas karena gas air mata selama bentrokan di provinsi Fayoum sebelah baratdaya Kairo, lapor AFP.

Korban tewas lain adalah seorang wanita, namun para pejabat tidak merinci kematiannya.

Protes diperkirakan berlanjut ketika Abdel Fattah al-Sisi, mantan pemimpin militer yang menggulingkan Morsi, mencalonkan diri dalam pemilihan presiden akhir Mei dan ia diperkirakan menang.

Sisi didukung kalangan luas Mesir yang menginginkan pemulihan stabilitas, namun banyak pendukung Morsi menganggapnya sebagai dalang kudeta terhadap prsiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis.

Sisi menggulingkan Morsi pada Juli lalu setelah protes besar di jalan yang menuntut pengunduran diri presiden Islamis tersebut.

Pada Desember, pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin kubu Morsi sebagai organisasi teroris dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.

Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin.

Morsi digulingkan oleh militer pada Juli tahun lalu, dan para pendukungnya melakukan protes hampir setiap hari sejak itu.

Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 orang ditangkap di berbagai penjuru negara itu.

Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.

Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.

Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.

(Uu.M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014