Damaskus (ANTARA News) - Seorang perempuan Suriah mendeklarasikan pencalonan dirinya untuk mengikuti pemilihan presiden 3 Juni mendatang dan menjadi perempuan pertama yang mengumumkan keinginannya menduduki posisi tertinggi di negara itu.

Televisi lokal Sama TV menyiarkan pendaftaran Sawsan Haddad, seorang insinyur dari kota pantai Latakia, untuk mengikuti pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi negara itu pada Sabtu (26/4).

Perempuan berusia 51 tahun itu telah menjadi anggota partai berkuasa al-Baath sampai tahun lalu, ketika dia mundur dari partai tanpa mengumumkan alasannya.

Kepada para reporter di Mahkamah Konstitusi, Haddad mengatakan bahwa sudah saatnya perempuan maju untuk menempati posisi tertinggi di Suriah.

Dia juga menekankan bahwa dia maju secara mandiri dan tidak menjadi bagian dari partai mana pun.

Masa pendaftaran calon presiden Suriah yang berlangsung selama 10 hari dimulai pada Selasa. Selain Haddad, ada dua pengacara yang sampai saat ini mendeklarasikan keikutsertaannya dalam pemilihan presiden.

Pemungutan suara untuk pemilihan presiden bagi warga Suriah di dalam negeri akan berlangsung mulai 3 Juni sementara pemilihan bagi warga negara yang sedang berada di luar negeri dimulai pada 28 Mei.

Beberapa kandidat dimungkinkan mengikuti pemilihan presiden berdasarkan konstitusi yang baru.

Undang-undang pemilihan Suriah menetapkan bahwa semua peserta pemilihan presiden harus tinggal selama 10 tahun berturut-turut sebelum pencalonan, kondisi yang membatasi partisipasi anggota oposisi yang sudah bertahun-tahun dalam pengasingan di luar negeri.

Menurut ketentuan itu semua peserta pemilihan juga harus mengamankan 35 dukungan dari anggota parlemen.

Mahkamah Konstitusi, yang bertugas memantau proses pemilihan presiden, harus mempelajari data calon sebelum mengumumkan nama mereka sebagai kandidat lima hari setelah 10 hari masa pendaftaran.

Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang masa tugasnya berakhir pada 17 Juli, belum mengumumkan apakah dia akan kembali mengikuti pemilihan presiden, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014