Jakarta (ANTARA News) - Jumlah kasus demam berdarah dengue di DKI Jakarta cenderung menurun pada 2010-2012, namun angka itu melonjak pada 2013 dan dikhawatirkan tetap meningkat juga tahun ini. Pada 2010, jumlah kasus DBD terjadi sebanyak 19.285 dan menurun hingga 6.669 pada 2012. Sementara pada tahun 2013 angka kasus bertambah menjadi 10.156.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dr Dien Ermawati, M.Kes mengatakan fenomena melonjaknya kasus DBD di ibukota dipengaruhi perubahan iklim.

"Sekarang cuaca hujan, panas, hujan, panas, setelah terik lalu hujan lagi dan banyak genangan sehingga jentik nyamuk bertambah banyak," ungkapnya di Jakarta, Minggu.

Oleh karena itu, perlu penanganan preventif yang lebih intensif agar jumlah kasus DBD tidak ikut melonjak tahun ini, lanjutnya.

Salah satunya adalah program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) Cilik yang melibatkan 200 anak SD di Jakarta.

Para Jumantik Cilik ini diberikan pemahaman tentang cara mencegah demam berdarah dan mereka diharapkan dapat menyebarkan dan menerapkan ilmu tersebut di lingkungan sekolah dan keluarga.

Dien mendukung penuh program yang membuat anak-anak lebih waspada karena sekolah bisa jadi tempat penularan demam berdarah mengingat nyamuk Aedes Aegypti biasanya aktif pukul 08.00-10.00 dan 15.00-17.00 saat anak biasanya berada di sekolah atau luar rumah.

Ada 200 anak dari 50 sekolah dari wilayah Kelapa Gading, Palmerah, Duren Sawit, Pancoran dan Kemayoran yang berpartisipasi sebagai Jumantik Cilik dalam kegiatan yang berlangsung hingga Juni mendatang. Salah satu aksi Jumantik Cilik adalah memberantas sarang nyamuk di sekolah tiap Jumat pagi serta mensosialisasikan pencegahan demam berdarah di lingkungannya.

Dien menambahkan, DKI Jakarta diharapkan bebas kasus DBD pada 2020 mendatang.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014