Surabaya (ANTARA News) - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), KH Yusuf Hasyim (Pak Ud), mendesak Pemerintah Indonesia untuk bersikap transparan dengan menyebutkan "nilai jual" Umar Al-Faruq, yang disebut-sebut sebagai teroris anggota jaringan Al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah (JI), dari Amerika Serikat (AS). "Pemerintah dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) mengakui pernah menyerahkan Umar Al-Faruq kepada pihak berwenang AS, setelah ditahan Indonesia pada 2002," ujarnya kepada ANTARA News di Surabaya, Rabu, menanggapi pernyataan Presiden Pakistan Pervez Musharraf dalam buku "In the Line of Fire". Dalam buku kumpulan ingatan itu, Presiden Musharraf menyebutkan bahwa intelijen AS telah membayar Pakistan senilai jutaan dolar untuk tersangka Al Qaeda yang ditangkap di negaranya. Bahkan, ia merinci "nilai jual" 350 tawanan yang dibayarkan oleh Badan Intelijen Pusat AS (CIA). "Orang-orang yang menuduh kami 'tidak cukup berbuat` dalam perang terhadap teror akan dapat dengan mudah menanyakan kepada CIA, berapa banyak hadiah uang yang telah mereka bayar kepada Pemerintah Pakistan," catatnya dalam buku itu. Menurut Pak Ud, yang juga politisi senior NU, penyerahan Omar Al Farouq dari Pemerintah RI ke AS tentu saja ada nilainya pula, sebagaimana dialami Presiden Musharraf di Pakistan yang mengakui telah menerima jutaan dolar dari AS setelah menyerahkan sejumlah tawanan teroris. "Kalau Musharraf mau transparan menyebut nilai jual teroris yang diminta AS, maka Pemerintah Indonesia juga harus transparan. Kemudian, pemerintah perlu melacak uang yang diterima itu masuk kas negara atau bukan," ungkapnya. Putra pendiri NU, Hadratusyeikh KH Hasyim Asy`ari, yang juga salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, itu menambahkan, pemerintah perlu secara terbuka menyebutkan "nilai jual" Umar Al Faruq dan menyebutkan pula siapa yang menerima dananya. Umar Al-Faruq tercatat pernah ditahan Pemerintah Indonesia pada 2002, kemudian diserahkan kepada AS dan ditahan di penjara Bagram, Afghanistan, dengan penjagaan ketat dari bala tentara AS. Namun, Umar Al-Faruq yang disebut-sebut AS sebagai penghubung penting di antara Al-Qaeda dengan Jemaah Islamiyah (JI) itu, dikabarkan tewas dalam operasi yang dilancarkan pasukan Inggris di Kota Basra, Ira,k pada 25 September 2006. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006