Bordeaux (ANTARA News) - Sebuah tim dokter Prancis, Rabu, melakukan operasi pertama di dunia pada manusia yang dilaksanakan dalam keadaan tanpa gravitasi, dengan menggunakan sebuah pesawat yang diadaptasi secara khusus untuk mensimulasikan kondisi ruang angkasa. Selama penerbangan dari Bordeaux, barat daya Prancis, yang berlangsung 3 jam, tim ahli bedah dan anestesi dengan sukses mengangkat tumor jinak dari lengan seorang sukarelawan berusia 46 tahun. Percobaan tersebut merupakan bagian dari sebuah program yang didukung oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk mengembangkan teknik penerapan operasi dengan robot di atas Stasiun Ruang Angkasa Internasional atau pada sebuah pangkalan di Bulan di masa mendatang. Kami tidak mencoba untuk mencetak prestasi teknik, namun mengupayakan ujicoba yang dapat dikerjakan... Sekarang kami tahu bahwa seseorang dapat dioperasi di antariksa tanpa menemui banyak kesulitan," kata pemimpin tim, Dominique Martin, kepada wartawan setelah penerbangan tersebut, seperti dilaporkan AFP. Pesawat Airbus 300 yang didesain secara khusus - berjuluk Zero-G - melakukan rangkaian tukikan parabolik yang menciptakan keadaan tanpa bobot selama 20 detik pada setiap puncak kurva. Proses yang demikian diulang sebanyak 32 kali. Ditempatkan dalam sebuah ruang operasi yang dibuat khusus, tiga dokter ahli bedah bersama dua ahli pembiusan bekerja selama keadaan tersebut, sementara alat-alat operasi mereka ditahan dengan magnet di sekitar tempat tidur pasien. Sang pasien, Philippe Sanchot, berkata kepada wartawan bahwa operasi itu bukanlah "masalah yang besar", meski dia juga mengaku terangkat "dua atau tiga cm" dari meja operasi setiap kali keadaan tanpa gravitasi muncul. "Kami sama sekali tidak terkejut, karena kami telah berlatih berulang kali." Amat menjanjikan Martin berkata percobaan itu telah mengungkap bahwa peralatan mereka cocok untuk digunakan di atas Stasiun Ruang Angkasa Internasional. "Operasi di ruang angkasa tidak akan menemui masalah - kecuali mungkin pada operasi pembuluh darah," katanya. "Kami sengaja memilih operasi yang dapat ditunda sebentar dan dimana tidak terdapat pendarahan skala besar. Operasi itu hanya terjadi pada jaringan kulit luar." "Jika kami memiliki waktu dua jam penuh dalam keadaan tanpa gravitasi, maka kami akan dapat melakukan operasi usus buntu," katanya. Percobaan serupa juga dilakukan pada Oktober 2003 silam, namun itu hanya operasi kecil menyambung pembuluh arteri berukuran 0,5 milimeter (0,01 inci) pada ekor tikus. Tahap berikut program tersebut adalah melakukan operasi yang dikendalikan dari jarak jauh dengan menggunakan robot yang dikontrol dari darat dengan bantuan satelit. Percobaan ini mungkin akan memakan waktu satu tahun, kata Martin. Ahli anestesi Laurent de Coninck mengatakan bahwa operasi pada kondisi gravitasi nol sangat menjanjikan untuk penjelajahan ruang angkasa, meski untuk tahap pertama akan dibatasi untuk menangani luka ringan. "Hari ini lebih dari 400 orang telah menjelajah ruang angkasa. Kemungkinan terjadinya kecelakaan selama menjalankan misi menjadi lebih besar dan membawa orang yang terluka kembali ke Bumi adalah suatu hal yang berisiko serta mahal," katanya. Badan-badan antariksa dunia berharap bahwa pada 2020 sebuah pangkalan permanen dapat dibangun di Bulan, untuk melakukan penelitian, eksploitasi sumber daya Bulan dan belajar hidup di tanah Bulan serta mencoba teknologi bagi penerbangan menuju Mars. Dalam jangka pendek, ruang operasi robot juga dapat berguna di Bumi. Sebagai contoh misalnya ketika berada di gua atau tempat-tempat yang sulit dijangkau pada saat setelah gempa bumi. "Penerbangan jarak jauh ke Mars tidak akan terjadi pada waktu dekat," kata Gut Laslandes, kepala program Ariane V pada Pusat Penelitian Antariksa Nasional Prancis (CNES). "Namun percobaan ini akan memungkinkan pengembangan metode kerja dan alat-alat miniatur yang dapat digunakan dalam kondisi ekstrim di Bumi, seperti ketika melakukan misi di Kutub Selatan." (*)

Copyright © ANTARA 2006