Faksionalisasi di Golkar kan besar. Ada beberapa kelompok dengan figur-figur yang kuat, seperti Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, dan Ical sendiri,"
Semarang (ANTARA News) - Analis politik Universitas Diponegoro Semarang Susilo Utomo menilai kesediaan Aburizal Bakrie (Ical) menjadi bakal calon wakil presiden merupakan cara untuk menyiasati faksionalisasi di tubuh Golkar.

"Faksionalisasi di Golkar kan besar. Ada beberapa kelompok dengan figur-figur yang kuat, seperti Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, dan Ical sendiri," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.

Menurut dia, Ical sebenarnya melihat peluangnya menjadi calon presiden akan sulit karena tidak akan banyak parpol yang melirik sehingga jika tetap kukuh dengan pencapresannya justru akan menyulitkan posisinya.

Apalagi, kata dia, sekarang ini beberapa parpol sudah menyiapkan bakal capres tetapi masih kesulitan mencari bakal cawapres sehingga peluang itu diambil Ical dengan merapat ke Prabowo Subianto.

"Golkar itu partai politik yang mirip perusahaan terbuka, dengan Ical sebagai direkturnya. Ical memang salah satu pemegang saham terbesarnya, tetapi kan tidak bisa memutuskan sendiri," katanya.

Menyadari peluangnya tipis maju sebagai capres, kata dia, Ical memilih untuk menurunkan status dengan bersedia menjadi cawapres daripada tidak menjadi apa-apa, di samping karena persoalan gengsi.

"Kalau tidak begitu (bersedia jadi bakal cawapres, red), Ical bisa-bisa tidak dapat apa-apa. Capresnya tidak dapat, sementara cawapresnya juga tidak dapat," kata pengajar FISIP Undip tersebut.

Namun, kata dia, dari pengalaman Pemilu 2004 dan 2009 sebenarnya Ical juga sudah belajar bahwa akan ada tokoh Golkar yang diajak maju oleh koalisi parpol yang lain.

Ia mencontohkan pada Pemilu 2004 ketika Golkar mengusung capres Wiranto berdampingan dengan KH Sholahudin Wahid, tetapi Jusu Kalla justru diminta menjadi cawapres oleh Susilo Bambang Yudhoyono, dan menang.

"Setelah itu, JK malah yang terpilih jadi Ketua Umum Golkar. Pada Pemilu 2009, sebagian mendukung JK maju sebagai capres berdampingan dengan Wiranto. Namun, ada kelompok yang merapat ke SBY," katanya.

Namun, ia mengatakan langkah Ical yang bersedia menjadi bakal cawapres bisa saja tidak mulus karena hasil rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Golkar menetapkan Ical sebagai capres, bukan sebagai cawapres.

"Manuver Ical itu bisa saja dievaluasi. Karena seperti saya bilang, Golkar itu seperti sebuah perusahaan terbuka. Rapimnas kan menetapkan Ical sebagai capres, bukan cawapres," kata Susilo.

(KR-ZLS/S024)

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014