Bandung (ANTARA News) - Penyair Matdon menuangkan kritik tentang kondisi sosial masyarakat kini dalam buku puisi "Ustadz Televisi."

"Buku ini adalah kritik sosial bagi siapa saja, tidak hanya ustadz," kata Matdon di Bandung, Selasa.

Buku kumpulan puisi tunggal ketujuh Matdon yang ditebitkan oleh Teko Publishing dan Majelis Sastra Bandung Publishing itu berisi sekitar 50 puisi, sebagian pernah terbit di media cetak antara tahun 2009-2014.

"Puisi sarat kritik, dan tentu saja ada beberapa puisi cinta, sebagai pelengkap, salah satunya Pucuk Kenangan," kata Matdon yang juga Rois Am Majelis Sastra Bandung, komunitas sastra yang dia bentuk bersama beberapa rekan.

Seniman Bandung Heri Dym memberikan acungan jempol pada buku puisi "Ustadz Televisi" dan menyebut sajak-sajak dalam kumpulan puisi itu betul-betul impresif.

"Kesan yang paling kuat, tentu saja, manakala kata ustadz yang disandingkan dengan televisi. Saya menangkap adanya paradoks yang begitu kuat antara dunia nilai, pendidikan, dan ajaran yang berhadapan langsung dengan dunia tak tersentuh dan artifisial," katanya.

"Kebetulan pula setelah sajak ini diluncurkan di Facebook, bermunculan kasus-kasus beberapa ustadz yang melenceng dari prinsip nilai, pendidikan, dan ajaran. Ketika itu pula, setidaknya bagi saya, kata 'ustadz' itu menjadi memiliki dua daya sekaligus yaitu dalam arti langsung (denotatif) dan sebagai metafor," jelasnya.

Ia menjelaskan, di sisi denotatif ustadz adalah sosok yang seperti umumnya kita fahami yaitu seseorang yang lazimnya berada di dalam tradisi pendidikan keagamaan Islam, yang ternyata "belum tentu merupakan pusat kebenaran" dan seperti layaknya manusia terbuka bagi kritik.

"Ia pun metafor bagi berbagai hal yang dibangun oleh kecenderungan media televisi. Seperti kita ketahui, sengaja atau pun tak sengaja, televisi seolah-olah telah nenjadi pusat segala kebenaran, penyihir kesadaran publik dan penentu nilai-nilai," katanya.

"Sajak ini dalam tataran metafor terasa sekali tenaganya, berkekuatan untuk mendekonstruksi fanomena itu. Atau setidak-tidaknya berfungsi sebagai alarm yang menyatakan tak selamanya TV itu benar dan terbaik," katanya.

Matdon telah menerbitkan beberapa buku puisi, termasuk di antaranya "Persetubuhan Bathin" (bersama penyair Dedy Koral), "Garis Langit", "Mailbox", "Kepada Penyair Anjing", "Benterang" (bersama Atasi Amin dan Anton D. Sumartana) dan "Sakarotul Cinta".

Beberapa puisinya juga ada dalam buku antologi "Maha Duka Aceh", "Di Atas Viaduct", dan "JILFEST."

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014