Ankara (ANTARA News) - Turki sementara menutup konsulatnya di kota Benghazi, Libya, Senin, kata juru bicara, karena ancaman serangan setelah sejumlah orang tewas dalam bentrokan jenderal pemberontak dengan pejuang garis keras.

Bendera, yang biasa berkibar di puncak gedung konsulat di kota kedua Libya itu, diturunkan, kata saksi, namun pejabat Turki menyatakan petugas belum diungsikan, lapor Reuters.

Konsulat itu ditutup setelah muncul ancaman khas, kata Tanju Bilgic, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, tanpa merinci.

"Konsulat itu ditutup untuk hari ini sebagai langkah keamanan. Apakah kantor tersebut tetap ditutup besok atau tidak akan diputuskan sesudah melihat keadaan keamanan," katanya.

Turki adalah salah satu negara terkini mempertahankan kehadiran diplomatik di Benghazi, tempat duta besar Amerika Serikat tewas akibat serangan pejuang garis keras atas perwakilan diplomatik Amerika Serikat di kota pelabuhan itu pada 2012.

Arab Saudi menutup kedutaan besar dan konsulatnya di ibukota, Tripoli, di Libya barat, dan menarik semua petugas diplomatiknya pada Senin, karena kekhawatiran akan keamanan, kata duta besarnya.

Duta Besar Arab Saudi untuk Libya Mohammed Mahmud al-Ali kepada kantor berita SPA mengatakan kerajaan tersebut juga menutup konsulatnya di negara Afrika Utara itu karena keamanan.

Ia mengatakan semua diplomat di Libya diterbangkan keluar dari negara itu lewat keputusan, yang dibuat "berkoordinasi dengan Libya".

Kantor perwakilan tersebut akan dibuka dan diplomatnya kembali setelah keadaan tenang di ibukota Libya tersebut, tambahnya.

"Kami berhubungan dengan pihak Libya terkait semua perkembangan," katanya.

Libya menghadapi serangkaian serangan terhadap pemimpinnya serta diplomat asing di negara Afrika Utara itu, tiga tahun setelah pemberontak dukungan NATO mengakhiri kepemimpinan empat dasawarsa Moamar Kadhafi.

Keadaan memburuk menjadi kekacauan sejak Jumat ketika seorang jendral melancarkan serangan terhadap kelompok garis keras di kota Benghazi, yang merupakan pusat pemberontakan pada 2011.

Pada Minggu, kelompok bersenjata menyerang parlemen di Tripoli serta pangkalan udara di bagian timur negara tersebut.

Aljazair pada Jumat mengumumkan menutup kedutaan besar dan kantor konsulatnya di Tripoli karena ancaman nyata dan dekat terhadap diplomatnya.

Pemerintah pusat Libya berupaya memulihkan kendalinya atas wilayah luas dan sebagian besar berupa padang pasir itu, yang dikuasai persenjataan berat dan secara nyata dipimpin pejuang bekas pemberontak.


Penerjemah: Boyke Soekapdjo

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014