Depok, (ANTARA News) - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menegaskan, pihaknya akan tetap melakukan program penanganan masalah sampah dengan menggunakan program yang telah dijalankan yaitu Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu (Sipesat), meskipun ada tawaran dari Universitas Indonesia (UI) untuk menangani masalah sampah. "Kami akan tetap melanjutkan program Pemkot yang telah dijalankan, mengenai adanya mesin pengolahan sampah dari UI, saya belum mengetahui secara lebih rinci," kata Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail, di Depok, Minggu (1/10). Sebelumnya, UI mengakui telah melakukan pembicaraan soal penanganan sampah yang ada di sebagian wilayah DKI Jakarta untuk ditangani oleh UI. "Ya.. kita memang sudah mengadakan pembicaraan atau semacam penjajakan tahap pertama mengenai penanganan sampah oleh pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta," kata Deputi Fasilitas Umum, UI, Setyo Supriyadi. UI mengklaim bahwa mesin pengolahan sampah buatannya yang dinamakan "super clean" merupakan teknologi terkini dan bisa menghemat biaya dari jenis pengolahan mesin sampah lainnya, dan mampu mengolah sampah sebanyak 200 ton per hari. Mesin hasil karya cipta dalam negeri yang hanya membutuhkan lahan seluas dua hektar tersebut, nantinya akan dapat membantu permasalahan sampah yang ada di Jakarta, karena mampu mengubah sampah menjadi energi ataupun gas. Nur Mahmudi lebih lanjut mengatakan, untuk sementara ini biarlah UI menangani sampahnya sendiri dan Pemkot Depok menangani sampahnya sendiri. "Kita mempunyai program masing-masing," katanya. Ketika ditanya bahwa mesin pengolahan sampah UI dapat lebih murah dibandingkan dengan program Sipesat, Nur Mahmudi mengatakan, hendaknya jangan dilihat dari investasi mesin per unitnya, tapi mesti dilihat efek penggada (multiplier effect) yang dihasilkan dari program tersebut. "Program `Sipesat` hanya butuh biaya Rp35.000 sampai Rp45.000 per meter kubik untuk mengolah sampah dengan `multiplier effect`-nya yaitu mampu menciptakan lapangan kerja, pembuatan pupuk untuk tanaman hias dan lainnya," katanya. Ia mengatakan, "Sipesat" yang belum lama digulirkan Pemkot Depok mulai menjamur di sejumlah wilayah di Kota Depok. Program itu untuk mengatasi masalah persampahan yang di wilayah Depok dengan kerjasama antara Pemkot Depok, swasta, dan masyarakat. Sistem pengolahannya dilakukan di setiap lingkungan. Program "Sipesat" ternyata mendapat dukungan dari lapisan masyarakat. Buktinya, sampai sekarang sudah bertambah pembangunan beberapa "Sipesat" di wilayah di Kota Depok diantaranya Pasar Cisalak, PT Energizer, PT Taspen, BRI, dan PLN. "Untuk wilayah perumahan sudah dipersiapkan untuk pembangunan diantaranya perumahan Maharaja, Bukit Rivaria Sawangan, Megapolitan, Mahagoni, dan Puri Sriwedari. Kemungkinan masih ada lagi perumahan-perumahan yang lain," katanya. Dikatakannya, sampai saat ini "Sipesat" yang sudah berjalan baru dua yakni, di kelurahan Tugu dan Pasar Cisalak, kecamatan Cimanggis. Dalam sehari per unit produksi sampah mencapai antara 30-40 meter kubik. "Kami berharap bantuan yang diberikan masyarakat berupa tempat atau barang," demikian Nur Mahmudi Ismail. (*)

Copyright © ANTARA 2006