Ankara (ANTARA News) - Dua warga Turki hari Selasa membajak pesawat penumpang untuk menentang kunjungan Paus Benediktus XVI ke Turki bulan November, kata polisi seperti dikutip televisi swasta negeri itu NTV. Pesawat perusahaan penerbangan Turki itu dialihkan ke bandar udara Brindisi di Italia, tempat NTV menyatakan kedua pembajak tersebut siap menyerah. Dari Athena dikabarkan bahwa pejabat Yunani dan Italia menyatakan pesawat penumpang Turki, yang terbang dari Tirana, ibukota Albania, menuju Istambul --Turki-- dibajak di atas Yunani dan ahirnya mendarat di Italia. "Pesawat itu dua kali mengirim sandi bajak saat berada di wilayah udara Yunani. Empat jet tempur Yunani mengudara dan mengawal pesawat itu keluar wilayah udara Yunani menuju kota Brindisi di Italia," kata pejabat kementerian pertahanan Yunani kepada kantor berita Inggris Reuters. Pejabat itu menyatakan pesawat tersebut membawa 107 penumpang dan enam awak, memasuki wilayah udara Yunani pada pukul 17.58 waktu setempat (21.58 WIB) dan segera dikawal keluar oleh jet tempur Yunani tersebut. "Ia sekarang memutari Brindisi," kata pejabat itu. Angkatan udara Italia kemudian menyatakan menyergap pesawat Turki tersebut, yang selanjutnya mendarat di bandar udara Brindisi di Italia. Ketua perusahaan penerbangan Turki Turkish Airlines, yang memiliki pesawat itu, memastikan pembajakan tersebut dan mengatakan kepada NTV bahwa tidak ada yang cedera. "Penumpang dan awaknya tidak terancam," kata Candan Karlitekin kepada NTV. NTV menyatakan dua warga Turki membajak pesawat itu dan dikabarkan siap menyerah. Televisi Turki juga mengutip keterangan sumber polisi, yang mengatakan pesawat tersebut dibajak sebagai penentangan terhadap lawatan Paus Benediktus XVI ke Turki. Laporan itu tidak segera dapat dipastikan dan Vatikan belum menanggapi pembajakan tersebut. Dari Roma diberitakan bahwa angkatan udara Italia memastikan menyergap pesawat terbajak itu dan memaksanya mendarat di Brindisi, Italia selatan. Perwira angkatan udara itu mengatakan bahwa pesawat tersebut adalah Boeing 737 dan disergap oleh satu jet tempur F-16. Paus Benediktus XVI pada tengah Agustus memancing kemarahan umat Islam, yang bermula dari kuliah umumnya di universitas Regensburg, Bavaria, Jerman. Ia menelaah perbedaan Islam dan Kristen secara kesejarahan dan filsafati serta hubungan antara kekerasan dan agama. Sri Paus kemudian secara tersirat menyebutkan keterkaitan Islam dengan kekerasan, khususnya dengan jihad dan perang suci. Ia juga mengutip pernyataan Kaisar Romawi Timur, Bizantium, Manuel II Palaeologus (1341-1391) saat berdialog dengan seorang Persia terpelajar, yang menyatakan bahwa temuan, yang diperkenalkan Nabi Muhammad, adalah kejahatan dan tidak berperikemanusian. "Tunjukkan kepadaku ajaran baru yang dibawa Muhammad dan Anda bakal menemukan kejahatan dan perbuatan tidak berperikemanusiaan, sebagaimana perintahnya menyebarkan ajaran itu dengan pedang," kata Paus mengutip sang Kaisar. Kaisar Manuel II menyatakan itu saat gusar akibat kekaisarannya mulai melemah di tengah menguatnya gelombang Islam, saat Bani Usmani mengusai sebagian besar wilayah kekuasaan Kristen Romawi Timur, Bizantium (kini Turki). Kendati demikian, pemerintah Turki menyatakan akan tetap menyambut Paus Benediktus XVI di Istambul pada November mendatang, meski memrihatini pernyataan pemimpin umat Katolik dunia tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006