Stockholm (ANTARA News) - Ilmuwan luar angkasa AS John Mather dan George Smoot dianugerahi Hadiah Nobel Fisika, Selasa, untuk memelopori misi luar angkasa yang mendukung teori "Big Bang" atau Ledakan Besar mengenai asal usul tata surya. Pasangan ilmuwan tersebut adalah otak di belakang misi NASA untuk memastikan ledakan susulan setelah ledakan "cataclysmic" yang terjadi sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu dan melahirkan kosmos. Pesawat antariksa tak berawak, satelit Cosmic Background Explorer (COBE) bukan cuma memberikan "daging" terhadap kerangka gagasan dari "Big Bang" yang telah berkembang di lingkungan akademis sejak akhir 1940-an, tapi juga menawarkan petunjuk-petunjuk seperti bagaimana dan kapan galaksi pertama terbentuk. Hasil dari COBE adalah "penemuan terbesar abad ini, jika bukan sepanjang masa" kata fisikawan Inggris Stephen Hawking. "Penemuan-penemuan ini, menandai permulaan dari kosmologi sebagai ilmu pasti," kata juri Nobel dalam pernyataannya. Mather (60) adalah astrofisikawan senior di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA di Maryland, dan Smoot (61) adalah astrofisikawan di Lawrence Berkeley National Laboratory di California dan merupakan profesor fisika di University of California, Berkeley. Mather mendapatkan pujian untuk penelitiannya tentang apa yang disebut radiasi "blackbody" --sebuah pola petunjuk di energi spektrum yang muncul dari sebuah benda yang mendingin. Pada saat kelahirannya, alam semesta mempunyai temperatur sebesar 3.000 derajat Celcius (5.432 derajat Fahrenheit). Sejak itu, menurut teori "Big Bang", radiasinya semakin mendingin sementara alam semesta berkembang. Apa yang disebut radiasi "cosmic microwave background" (CMB) --gelombang kejut energi yang dikeluarkan dari ledakan dan masih memancarkan radiasi melintasi angkasa yang terus berkembang sementara batas-batas semesta meluas-- mempunyai suhu 2,7 derajat di atas suhu nol absolut yaitu minus 273 derajat Celcius, demikian AFP. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006