Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR, Amien Rais, mengatakan tidak banyak yang bisa diharapkan dari pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, bagi kepentingan rakyat. karena pemerintah Indonesia masih seperti "manusia cebol (kerdil) menghadapi raksasa". "Pemerintah kita ini termasuk pemerintah yang tidak berani mengangkat kepala di depan pejabat AS. Lihatlah Menlu Condy (Condoleezza Rice-red.) yang datang ke Jakarta. Oleh-olehnya Blok Cepu (lapangan minyak-red.) buat Exxon Mobil. Nah, kalau Bush yang ke sini, hadiahnya bisa lebih 'gede' (besar-red.) lagi," katanya di Jakarta, Kamis malam, menanggapi rencana pertemuan kedua pemimpin pertengahan November mendatang. Amien juga sempat mengeritisi perihal pengamanan yang berlebihan oleh pihak keamanan AS terhadap Menlu Condoleezza Rice ketika berkunjung ke Jakarta beberapa bulan lalu. Hal yang sama pun akan berulang untuk mengamankan kunjungan singkat Bush ke Indonesia November mendatang. "Inilah sebuah contoh yang memilukan dari sebuah bangsa besar yang hampir sama besar dengan AS. Tetapi, seperti manusia cebol menghadapi raksasa yang tidak berani apa-apa. Padahal Mahathir (mantan PM Malaysia-red) itu kecil bahkan lebih kecil dari Indonesia, tetapi berani mengangkat kepala dan sama tegak dengan Washington." katanya. "Itu yang perlu kita contoh," kata Amien. Sebelumnya, Kapolri Jenderal (Pol) Sutanto menganggap wajar jika Pemerintah AS menginginkan pengamanan yang lebih ketat diberlakukan Indonesia terkait dengan rencana kedatangan Bush itu. "Saya kira untuk mereka, ya wajar-wajar saja. Karena memang ancamannya, ya kita tahu. Kitapun membantu juga supaya mereka merasa aman," katanya. Pertemuan bilateral antara Presiden Bush dan Yudhoyono direncanakan berlangsung setelah pertemuan kepala negara forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pertengahan November 2006. Istana Bogor sempat disebut-sebut oleh berbagai media massa di Tanah Air sebagai tempat pertemuan kedua pemimpin itu. Menanggapi rencana pertemuan tersebut, Anggota Komisi I DPR, Suripto, sebelumnya meminta Presiden Yudhoyono untuk menggunakan kesempatan tersebut guna meminta AS menghormati kedaulatan dan menjunjungi tinggi integritas negara dan bangsa Indonesia. "Kesempatan itu mesti dimanfaatkan Presiden Yudhoyono untuk meminta Amerika Serikat menghormati kedaulatan dan menjunjung tinggi integritas RI dan bangsa Indonesia. Ini bisa diterjemahkan ke mana-mana. AS jangan mencampuri secara langsung maupun tidak langsung urusan dalam negeri RI," katanya. Pertemuan bilateral antara pemimpin kedua negara merupakan kesempatan yang baik bagi Presiden Yudhoyono untuk menyampaikan aspirasi rakyat Indonesia bahwa AS harus menghormati dan menjunjung tinggi integritas bangsa Indonesia, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006