Jakarta (ANTARA News) - Acara Tadarus Puisi di bulan ramadhan tahun ini terasa berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dewan Kesenian Jakarta sebagai penyelenggara memberi sentuhan baru dengan menghadirkan empat penyair berbeda agama. Keempat penyair tersebut adalah Saut Situmorang (Kristen), Joko Pinurbo (Katolik), Ida Ayu Oka Suwati Sideman (Hindu), dan Sitok Srengenge (Islam). Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, Zen Hae, di Jakarta mengatakan pada tahun-tahun sebelumnya tadarus puisi yang merupakan agenda tahunan di bulan Ramadhan selalu menghadirkan penyair muslim yang membawakan sajak-sajak religius Islam saja. "Pada tahun ini kami mencoba melebarkan arti puisi religi yang sebelumnya hanya bernuansa Islam menjadi sajak-sajak religi antariman," katanya. Tadarus puisi seperti halnya di tahun sebelumnya, digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki. Acara ini mendapat apresisasi yang besar dari pencinta seni khususnya sastra. Seluruh kursi undangan terisi penuh, demikian halnya dengan kursi penonton di bagian sayap gedung yang telah terisi penonton sejak acara belum dimulai. Tampak di antara bangku penonton, penyair dan penulis buku, Ayu Utami bersama beberapa penulis buku lain seperti Mariana Amirudin dan Binhad Nurrohmat. Acara dibuka dengan sebuah tarian dari Cilay Theatre berjudul Huna yang menggambarkan proses manusia dalam mencari Tuhan-nya. Selanjutnya, acara yang di mulai tepat pukul 20.00 WIB itu dilanjutkan dengan pembacaan empat puisi religius Saut Situmorang. Penyair dari Bali, Ida Ayu Oka Suwati Sideman menyusul berikutnya dengan dua puisi karangannya yang diilhami dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Sementara penyair dari Yogyakarta, Joko Pinurbo membawakan lima puisi yang sebagian besar mengambil tema kondisi sosial masyarakat. Sitok Srengengge dari Depok menutup tadarus puisi dengan beberapa puisi karangannya yang diiringi dengan tari Darwis oleh tiga penari laki-laki. Nuansa baru dengan pembacaan puisi lintas iman dalam tadarus puisi kali ini, menurut Zen, diharapkan dapat membuka toleransi antarumat beragama. "Sajak antara iman membuat toleransi antarumat eragama menjadi lebih terbuka. Saya berharap semangat toleransi antarumat beragama bisa tumbuh dari puisi-puisi lintas iman yang dibacakan keempat penyair itu," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006