Jakarta (ANTARA News) - Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor Hermanto Siregar menilai perlu adanya pemetaan investasi benih hortikultura oleh asing mengingat belum terpenuhinya kebutuhan benih dalam negeri.

"Kita harus petakan satu-satu, (komoditas) mana yang betul-betul bersaing sempurna mana yang harus diproteksi," kata Hermanto di sela-sela seminar yang bertajuk "Scaling Up Industri Benih Hortikultura Menuju Kemandirian dan Kedaulatan Pertanian" di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Senin.

Pernyataan itu menyusul Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura pasal 100 yang mengatur bahwa penanaman modal asing (PMA) dibatasi maksimal hanya 30 persen, padahl sebelumnya mencapai 100 persen.

Perusahaan dengan investasi asing lebih dari 30 persen diberi batas waktu pelepasan modal sampai 2014, termasuk perbenihan hortikultura, budidaya hortikultura dan industri pengolahan hortikultura.

Menurut Hermanto, masih dirasa sulit kalau hanya mengandalkan penanaman modal dalam negeri (PMDN), terutama untuk scaling up (meningkatkan) benih hortikultura.

"Mau tidak mau butuh PMA, kalau mau scaling up industri benih hortikultura agak berat," katanya.

Anggota Komite Ekonomi Nasional itu mencontohkan Vietnam, masih membuka PMA 100 persen untuk industri benih hortikultura karena belum berkembang.

"Lain hal kalau domestik kita berkembang, dari kita sendiri cukup, tidak usah dari asing, tetapi kalau belum cukup dibuka saja (akses PMA)," katanya.

Dia mengkhawatirkan jika dibatasi terlalu sempit aksesnya, maka dilakukan impor karena kebutuhan di dalam negeri tidak bisa terpenuhi.

"Konsekuensinya, kalau tidak ada benih, tidak bisa menanam, terpaksa kita impor," katanya.

Dampak berlapis (multiplier effects) dari impor, lanjut dia, yakni devisa berkurang karena tenaga kerja tidak dimanfaatkan dan pendapatan negara dari pajak tidak bisa dihasilkan.

"Kalau investasi di dalam negeri, tenaga kerja ada, dia pasti bayar pajak," katanya.

Dia menyebutkan komoditas hortikultura yang bisa bersaing, yakni pepaya, manggis, buah-buahan tropis lainnya yang bisa dipenuhi kebutuhannya dalam negeri.

Sementara itu, komoditas buah-buahan seperti jeruk, anggur, appel serta bawang putih sebagian besar masih dipasok oleh asing.

"Terutama bawang putih, dari dalam negeri pemenuhannya hanya lima persen, kalau pun digenjot maksimal 20 persen, sementara 80 persennya masih dari luar negeri," katanya.

Dalam kesempatan sama, Peneliti Badan Penelitian Pengembangan Kementerian Pertanian Bambang Sayaka berpendapat PMDN mampu memenuhi kebutuhan benih hortikultura.

"Sebetulnya, kita mampu, dulu mereka (peneliti dalam negeri) kerja di asing sah-sah saja, hanya saja akan terjadi supply shock karena ditinggal pergi PMA, tapi saya yakin PMDN siap mengisi supply pasar yang ada. katanya.

Namun dia mengakui, masih banyaknya kekurangan yang harus diperbaiki, seperti apakah industri benih tersebut bisa dikelola oleh BUMN serta insentif untuk UKM.

"Untuk itu, perlu peran pemerintah karena saya tidak yakin asing atau swasta mau bekerja sama dengan kita kalau tidak menguntungkan," katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014