Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Portugal menyerukan agar ketegangan akibat perbedaan pilihan politik dapat diakhiri setelah masyarakat keluar dari bilik suara pada tanggal 9 Juli dan selanjutnya persatuan harus dikukuhkan kembali.

"Berbeda pilihan politik itu wajar, tetapi segera lupakan siapa capresmu dan mari kita jaga kedamaian Indonesia. Silakan hitung kotak suara bersama-sama, dan siapa pun yang tampil sebagai pemenang harus diterima sebagai hasil demokrasi," ujar Ketua PPI Portugal Seilendria Hadiwardoyo dalam surat elektroniknya yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.

PPI Portugal menghargai munculnya pernyataan-pernyataan dukungan dari kelompok-kelompok mahasiswa Indonesia di luar negeri terhadap kedua pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa serta Joko Widodo-Jusuf Kalla. Hal itu, kata Seilendria, merupakan tanda meningkatnya partisipasi warga Indonesia di luar negeri terhadap proses politik di negeri sendiri.

Meskipun demikian, organisasi mahasiswa Indonesia di negeri terbarat Eropa itu mengimbau para pendukung masing-masing capres-cawapresagar berlapang dada untuk menerima kenyataan, seandainya calon yang didukungnya kalah.

"Kalah atau menang dalam pemilihan itu biasa. Yang penting, kita telah melihat para penyelenggara Pemilu berusaha menyelenggarakan Pemilu sebaik mungkin. Berbagai tuduhan kecurangan hendaknya diselesaikan melalui mekanisme resmi, dan bukan jadi alat provokasi untuk menolak pihak yang menang," kata Seilendria.

Menurut kandidat doktor ilmu komputer di Universitas Minho itu, pihak pemenang Pemilu harus bersikap rendah hati dengan mengajak pihak yang kalah berkomunikasi, demi menjaga persatuan. Demikian pula, pihak yang kalah diminta bersikap legawa dan mengucapkan selamat kepada pihak yang menang.

"Pemimpin harus menyingkirkan sikap jumawa dan rasa dendam. Kami berharap, pada pelantikan presiden baru nanti, bukan hanya presiden lama dan presiden baru yang hadir. Tetapi, juga pihak yang kalah Pilpres dan semua mantan presiden dan wakil presiden," ujarnya

Lebih lanjut Seilendria menambahkan, pemimpin yang memupuk dendam tidak memberikan contoh berpolitik yang baik bagi generasi muda.

"Pembangunan Indonesia ke depan pun, hanya bisa berhasil jika semua pemimpin memiliki komunikasi yang baik dan saling bekerja sama," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014