Surabaya, (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengingatkan PT Jasa Marga untuk tidak memaksakan membuka akses tol Porong-Gempol di kilometer 37-39 untuk arus mudik lebaran, sebelum memastikan tanggul lumpur benar-benar sangat aman. Peringatan itu disampaikan anggota Dewan Nasional Walhi, Syafruddin Ngulma Simeulue kepada wartawan di Surabaya, Senin malam (16/10) terkait rencana digunakannya akses tol Porong-Gempol untuk jalur mudik lebaran. "Keamanan di jalan tol Porong-Gempol saat ini sangat riskan. Tingkat resiko sangat tinggi karena kondisi tanggul terlihat sangat rapuh," katanya. Beberapa hari terakhir, jalan Tol Porong-Gempol yang sudah dibersihkan dari genangan lumpur, telah diujicobakan untuk dilalui kendaraan guna persiapan menghadapi arus mudik. Rapuhnya kondisi tanggul tersebut, menurut Syafruddin, terindikasi dari terjadinya rembesan air di beberapa bagian tanggul. Padahal jarak tanggul dengan bibir jalan tol hanya beberapa meter. "Kondisi itu semakin mengerikan karena kolam penampungan (pond) lumpur sudah penuh dan ketinggian tanggul sudah lebih delapan meter," ujarnya. Selain itu, permukaan jalan tol yang tidak rata akan membuat kecepatan kendaraan sangat rendah, sehingga kemacetan kemungkinan besar sulit dihindari. "Bayangkan, jika saat macet, tiba-tiba turun hujan lebat atau terjadi gempa bumi, maka tanggul yang sangat rapuh itu segera jebol dan bencana pun tidak bisa lagi dihindari dan lumpur akan menerjang kendaraan yang ada di jalan tol," tambahnya. Syafruddin mengakui penutupan jalan tol di jalur padat tersebut menimbulkan konsekuensi terjadi kemacetan luar biasa di Jalan Raya Sidoarjo-Porong-Pandaan. "Tapi terjebak kemacetan sekitar tiga jam atau lebih jauh lebih baik, daripada jatuh korban jiwa," tegasnya. Konsekuensi lain dari penutupan akses tol tersebut, PT Jasa Marga selaku pengelola tidak bisa memanfaatkan momentum mudik lebaran untuk "memperkecil kerugian" sejak lumpur Lapindo melumpuhkan jalan Tol Porong-Gempol. Ia berharap pihak Jasa Marga tidak mengulangi keputusan fatal yang pernah dibuat Perum Perhutani KPH Pasuruan yang nekat membuka Pemandian Air Hangat Padusan pada 11 Desember 2001, yang berakibat puluhan orang yang sedang menikmati liburan Idul Fitri terkubur dalam kolam pemandian diterjang banjir bandang yang dahsyat. "Ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia harus menjadi pertimbangan utama. Kondisi riil menunjukkan ruas Jalan Tol Porong-Gempol sama sekali tidak layak digunakan, potensi bencananya terlalu riskan," kata Syafruddin. Menteri Perhubungan harus menaruh perhatian serius dalam hal ini, dengan mengefektifkan kinerja seluruh jajaran, terutama memastikan dan mengoptimalkan seluruh jalan alternatif untuk mudik lebaran. Menurut Syafruddin, dalam kondisi yang dianggap kondusif bisa saja jalan Tol Porong-Gempol sewaktu-waktu dibuka. Namun dengan syarat sudah tersedia sistem peringatan dini dan peralatan pendukungnya dipastikan berfungsi dengan baik, ada satuan khusus yang terlatih, berpengalaman dan terkoordinasi, serta kondisi jalan sudah mulus yang memungkinkan kendaraan dapat melaju dengan kecepatan diatas 60 Km per jam. "Jika satu saja dari tiga prasyarat itu tidak terpenuhi, maka tidak ada pilihan lain, kecuali jalan itu harus ditutup total," tegasnya.(*)

Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2006