Jakarta (ANTARA News) - Pengamat terorisme Al Chaidar berpendapat banyak kelompok radikal bergabung ke Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) karena mereka mengalami kebuntuan dan disorientasi gerakan jihadis setelah selalu diburu dan digagalkan oleh tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri.

"Mereka mengalami disorientasi, terjadi kebekuan gerakan jihadis di Indonesia karena para pemimpin mereka sudah banyak ditangkap Densus. Sehingga bagi mereka, ISIS itu jalan keluar yang aman yakni dengan berjihad di Suriah dan Irak," katanya di Jakarta, Selasa.

Mereka, katanya, melihat ISIS merupakan jalan keluar untuk mengimplementasikan semangat jihad mereka.

Namun Al Chaidar berpendapat bahwa ISIS berbeda dengan paham terorisme karena perekrutan ISIS dilakukan secara terbuka, tidak memiliki sistem hierarki dan hanya mengharapkan dukungan.

"Ini bukan paham terorisme," kata Al Chaidar. Menurut dia, aliran ISIS merupakan gerakan intoleran yang cenderung mengarah ke anarkis.

"Kalau gerakan terorisme kan memiliki sistem hierarki, perekrutan secara sembunyi-sembunyi dan teroris itu tidak perlu 'tim hore' semacam cheerleader, karena mereka bekerja sendiri-sendiri," katanya.

Al Chaidar memperkirakan anggota ISIS di Indonesia tersebar di berbagai daerah diantaranya Aceh, Medan, Riau, Palembang,Lampung, Tangerang (Banten), Jakarta, Bekasi (Jawa Barat) dan Jawa Tengah.

Sebelumnya beredar video berisi ajakan jihad berdurasi delapan menit yang diunggah oleh akun YouTube bernama Jihadology pada 22 Juli 2014 berisikan ajakan jihad.

Dalam video itu seorang pria warga negara Indonesia yang menyebut dirinya Abu Muhammad al-Indonesia mengajak Muslim Indonesia untuk bergabung dengan ISIS.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014