Palu (ANTARA News) - Penyidik Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) bersama tim dari Densus (Detasemen Khusus) 88-Anti Teror Mabes Polri segera mengusut kasus penembakan terhadap Pendeta Irianto Kongkoli di Palu beberapa waktu lalu. Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Muhammad Kilat SH MH di Palu, Kamis, mengatakan, penyelidikan kasus penembakan Sekretaris Umum Majelis Sinode GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah) itu juga dibantu tim dari Polresta Palu. "Densus 88 terlibat menangani kasus ini. Itu menunjukkan keseriusan Polri" katanya. Ia menjelaskan, pihaknya telah memeriksa lebih 10 saksi terkait peristiwa penembakan yang menewaskan Pendeta Kongkoli di kawasan Pusat Perbelanjaan Monginsidi Palu hari Senin lalu (16/10). Saksi yang dimintai keterangan bukan hanya karyawan toko yang berada di sekitar TKP, tapi beberapa orang lain yang dianggap bisa mendukung pengembangan informasi. Menjawab pertanyaan pers, Kilat mengatakan polisi sudah mendeteksi sejumlah orang yang diduga sebagai pelaku penembakan, hanya saja penyidik harus memiliki fakta hukum yang kuat untuk menyeret pelakunya hingga ke pengadilan. Soalnya, kata dia, tidak ada saksi yang melihat langsung atau mengenal wajah pelaku penembakan. "Saksi yang ada baru sebatas menjelaskan ciri-ciri fisik secara umum," tuturnya. Ia juga mengatakan, polisi belum dapat memastikan pelaku penembakan orang terlatih atau bukan. Alasannya, dari dua tembakan yang dilepaskan pelaku, satu mengenai bagian kepala dan satu tembakan lainnya mengenai tegel yang dipajang di depan toko "Sinar Sakti". "Intinya, pelakunya ditangkap dulu baru kemudian kami bisa jelaskan," ujarnya, dan menambahkan Operasi Kontijensi selama sebulan sejak 18 September lalu telah berakhir dan kembali diperpangjang selama sebulan. "Status siaga satu (Di Sulteng) juga belum dicabut," katanya. Sebelumnya, Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Drs Badrodin Haiti, menyatakan Polri telah mengungkap 11 kasus kekerasan yang terjadi di Palu dan Poso. Dari 11 kasus tersebut baru enam tersangka yang berhasil ditangkap, sedangkan 33 lainnya masih buron dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Kasus kekerasan di Palu yang sudah berhasil diungkap Polri di antaranya, penembakan jaksa Fery Silalahi Mei 2004, penembakan pendeta Susianti Tinulele Juli 2004, penembakan di Gereja Immanuel dan di Gereja Anugerah Desember 2004. Sementara kasus di Poso yang terungkap antara lain, pembunuhan Kades Pinedapa November 2004, peledakan bom di Pasar Tentena April 2005, mutilasi tiga siswa SMA Oktober 2005, dan penembakan dua siswa SMEA September 2005. "Tidak tertutup kemungkingan para DPO itu yang melakukan aksi kekerasan lagi," ujar Kapolda Haiti.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006