Purwokerto (ANTARA News) - Sumanto (34), warga asal Desa Pelumutan, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah, yang dipidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Purwokerto lantaran pernah memiliki kegemaran memakan daging jenazah, berjanji tidak akan bersikap dan berbuat aneh-aneh lagi setelah resmi bebas, Selasa. "Saya tidak akan memakan daging manusia maupun makanan yang dilarang agama. Setelah di luar tahanan, saya akan bersikap baik dan tidak akan berbuat aneh-aneh lagi," kata Sumanto seusai melaksanakan Shalat Idul Fitri 1427 Hijriyah di Lapas Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng). Ia mengemukakan, senang dibebaskan dari tahanan tepat pada hari raya, setelah sekira lima tahun mendekam dalam sel penjara akibat mencuri dan memakan mayat Mbok Rinah (80), warga Desa Majatengah, Kecamatan Kemangon, pada 11 Januari 2003. Suman (panggilan akrab Sumanto) mengatakan bahwa dirinya sedih berpisah dengan para petugas lapas dan narapidana lainnya yang telah bertahun-tahun menemaninya selama berada di tahanan. Kepala Lapas Purwokerto, Kristiadi, mengatakan, setelah melaksanakan Shalat Idul Fitri 1427 H sekira pukul 11.00 WIB, Sumanto dijemput pengelola pesantren yang bersedia menampungnya setelah keluar dari tahanan. "Siang nanti Suman akan langsung dibawa ke pesantren yang juga merupakan wisma rehabilitasi kejiwaan di Desa Bungkanel, Purbalingga. Keluarga dan warga Pelumutan sudah menyerahkan sepenuhnya kepada pihak lapas untuk mengurus keberangkatan Suman ke pesantren tersebut," kata Kristiadi. Menurut dia, Sumanto selama di pesantren atau wisma rehabilitasi sosial mental dan narkoba di Desa Bungkanel RT3/RW2, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga, akan mendapat bimbingan ilmu agama dan menjalani pengobatan, agar sarafnya tidak lagi terganggu seperti sekarang. "Pengasuh pesantren itu juga memiliki lahan pertanian dan kolam ikan yang cukup luas, serta mengajarkan berbagai keterampilan, sehingga Suman dapat bekerja mengurus sawah, kolam, dan berkarya. Yang jelas untuk ke depan Sumanto akan lebih baik," katanya. Menjelang kepergian Sumanto ke pesantren, beberapa napi lain di lapas mengaku kehilangan orang yang selalu mengundang tawa setiap kali mengeluarkan kata-kata. Kalimat dan tutur kata Sumanto yang melantur agaknya menjadi bahan hiburan para napi di lapas tersebut. "Meskipun kadang muncul rasa takut kalau tiba-tiba Sumanto menggigit atau malah memakan napi lain, namun terus terang kami merasa kehilangan teman yang biasa membuat ramai dan tertawa," kata salah seorang napi, Sudarja. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006