Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Kementerian Perdagangan tengah menggenjot pengembangan ekspor daerah untuk mengantisipasi defisit neraca perdagangan yang masih terjadi hingga kini.

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa neraca perdagangan selama Januari - Juli 2014 mengalami defisit sebesar 1 miliar dolar AS. Jumlah tersebut masih lebih baik jika dibandingkan kondisi 2013 yang defisit mencapai 5,6 miliar dolar AS.

“Meski kinerja perdagangan berangsur membaik, namun defisit perdagangan nasional harus segera ditekan secara terus menerus agar tidak membengkak dan berpengaruh negatif terhadap perekonomian nasional,” kata Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Modal Ventura dan Pembiayaan Alternatif, Safari Azis dalam siaran pers yang diterima ANTARA News di Jakarta, Kamis.

Menurut Safari, pemerintah dan pelaku harus bersinergi untuk mendorong ekspor komoditas unggulan yang potensial di daerah-daerah sehingga dapat berkontribusi meningkatkan perekonomian melalui pertambahan nilai ekspor. Hal ini diharapkan tidak hanya akan berdampak positif terhadap penguatan ekonomi daerah, tetapi juga memperkuat ekonomi nasional.

“Masing-masing daerah sekarang harus lebih siap untuk menghadapai pasar bebas, seperti Asean Economic Community 2015 yang sudah akan berlaku dalam hitungan bulan saja.  Bentuk dukungan pemerintah, kita harapkan mengarah pada peningkatan daya saing untuk industri, tidak terkecuali bagi usaha kecil menengah apalagi yang sudah bisa melakukan ekspor,” kata Safari.

Sementara itu, Kasubdit Kerjasama dan Pengembangan Kerjasama Kementerian Perdagangan, Peter Hanafi mengatakan bahwa pengetahuan dan wawasan para eksportir dan pengusaha harus diperkuat untuk dapat mengakses pasar luar negeri, terutama untuk menghadapi pasar bebas ASEAN 2015.

“Daya saing produk Indonesia harus lebih baik agar dapat tetap diterima dan merebut konsumen dalam negeri, terlebih buyer dari luar negeri. Jangan sampai kita hanya menjadi pasar bagi produk-produk yang dihasilkan negara-negara ASEAN, akan tetapi kita juga harus dapat membanjiri pasar negara-negara ASEAN dengan produk-produk Indonesia” kata Peter.

Senada dengan Safari, Peter berharap ekspor daerah agar dapat berkontribusi lebih optimal untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional.  Kementerian Perdagangan mencatat pada 2013, Bengkulu merupakan provinsi pengekspor ke-27 dengan nilai sebesar 154,1 juta dolar AS atau menyumbang 0,1 persen dari total ekspor non migas Indonesia.  Untuk periode Januari-Mei 2014 ekspor nonmigas Bengkulu mencapai 41,3 juta dolar AS, turun 44,04 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 73,7 juta dolar AS.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014