Jakarta (ANTARA News) - Indonesia akan menjajaki pembelian sejumlah jenis senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk mengurangi ketergantungan pengadaan senjata dari negara-negara barat terutama Amerika Serikat (AS). Langkah menjadikan Cina sebagai alternatif sumber pengadaan senjata bagi Indonesia itu itu dipertimbangkan untuk mengurangi kerugian akibat embargo sebagaimana yang dilakukan AS dan sekutunya selama 12 tahun sejak 1998, kata Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono usai berhalal bihalal dengan jajaran Departemen Pertahanan (Dephan) di Jakarta, Rabu. Selain menghindari ancaman embargo, menurut Menhan, pertimbangan lain menjadikan Cina atau negara lain seperti Rusia sebagai alternatif sumber pengadaan senjata adalah biaya yang murah dan teknologinya juga sudah cukup canggih. "Itu yang menjadi alasan pendekatan pada Cina dan Rusia. Tetapi kita masih harus bahas, jenis senjata apa saja yang bisa kita dapatkan sesuai dengan pengembangan kekuatan militer yang akan dilakukan," ujar Juwono. Terkait dengan itu, Dephan akan mengirimkan tim ke Cina untuk menjajaki persenjataan apa saja yang dapat dibeli oleh Indonesia sesuai dengan program pengembangan kekuatan militer nasional dan anggaran yang tersedia. Tim yang terdiri atas Sekjen Dephan, Dirjen Perencanaan Pertahanan dan Dirjen Strategi Pertahanan itu dijadwalkan berangkat pada Maret 2007. Selama ini, selain ke AS, Indonesia juga mulai giat melirik negara-negara lain seperti Jerman, Italia, dan Perancis untuk memenuhi kebutuhan mesin-mesin perang nasional terutama dalam hal harga dan teknologi. "Selain spesifikasinya, juga harus dilihat tawaran paket keuangan dari bank-bank mereka," ujar Juwono menambahkan. Tidak hanya itu, pengadaan dan kerjasama militer yang dilakukan pemerintah juga harus tetap mempertimbangkan peta industri pertahanan nasional. "Jika peta pertahanan nasional telah jelas, maka kerjasama dengan negara lain seperti Rusia, AS, Korea, Jepang, Jerman, Italia dan Perancis juga dilakukan," kata Menhan. Saat ini sumber alat utama sistem senjata Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagian besar berasal dari luar negeri, yakni TNI Angkatan Darat (AD) dari 11 negara, TNI Angkatan Laut (AL) (14 negara) dan TNI Angkatan Udara (AU) sebelas negara. "Bila dikaitkan dengan kepentingan nasional, maka perlu ada perimbangan sumber asal alutsista TNI. Namun kita tetap membuka peluang negara-negara barat untuk bekerjasama, tetapi apabila negara kita mendapat embargo, maka kita canangkan dari negara-negara timur atau atau negara-negara yang tidak melakukan sanksi berupa embargo," papar Juwono. Ia mengakui, tidak mudah untuk memindahkan ketergantungan pengadan peralatan pertahanan dari negara barat ke negara timur. Tetapi hal ini dilakukan untuk membuka ruang gerak, sehingga bila ada tekanan-tekanan politik dari sebagaian negara barat, seperti embargo, ada langkah alternatif yang bisa diambil Indonesia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006