Banjarmasin (ANTARA News) - Direktur Jendral Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Profesor Achmad Jazidie mengatakan perdebatan soal matematika terkait hasil 4x6 atau 6x4 yang kini ramai dibicarakan di sosial media, bisa jadi karena masih lemahnya pemahaman terhadap bahasa Indonesia.

Menurut Jazidie pada acara "sastarawan bicara siswa bertanya" di SMA I Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Kamis, saat ini kecintaan dan pemahaman bahasa Indonesia generasi muda atau siswa masih sangat lemah, sehingga perlu upaya terus menerus untuk meningkatkan kecintaan dan kemampuan dalam berbahasa.

"Karena pemahaman dan logika berbahasa, sangat erat hubungannya dengan mata pelajaran dan pendidikan lainnya," katanya.

Sebagai contoh konkrit terkait perdebatan 4x6 dan 6x4, kalau masing-masing memiliki pemahaman dan logika bahasa, maka persoalan tersebut akan menjadi lebih mudah dan tidak perlu ada perdebatan.

Menurut dia, pemahaman terhadap 6x4 bisa jadi angka 6 yang ditulis empat kali, atau empatnya yang ditulis enam kali.

Berdasarkan logika matematika, kata dia, 6x4 adalah angka 4 yang ditulis berulang kali yaitu 4+4 hingga enam kali, persoalannya, bagaimana cara menulisnya.

Terkait dengan logikan bahasa Indonesia, kata dia, bila menganut hukum bahasa diterangkan dan menerangkan atau DM, bila yang diterangkan itu adalah angka enam kalinya, maka penulisan yang benar adalah empatnya ditulis berungkali, dan hal itu telah sesuai dengan konsep matematika menjadi 6X4. Mengacu pada kasus tersebut diatas, pemahaman terhadap logika bahasa Indonesia sangatlah penting artinya, bagi seluruh siswa, karena sangat terkait dengan berbagai disiplin ilmu lainnya.

"Saya rasa, program sastrawan bicara, siswa bertanya ini, menjadi program yang sangat baik untuk terus dikenalkan, sehingga mendorong siswa agar bisa mencintai bahasa Indoesia dan sastra," katanya.

Menanggapi, kemungkinan tenggelamnya sastra Indoenesia akibat kemajuan teknologi, Dirjen mengatakan, teknologi justru sangat bermanfaat, asalkan para siswa bisa memanfaatkan dengan baik dan benar.

Teknologi, baik itu internet dan lainnya, akan mampu membuka keterbatasan para siswa dalam mengakses berbagai ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia, bila siswa benar-benar bisa diarahkan untuk memanfaatkannya dengan maksimal untuk kemajuan mereka.

Termasuk juga dengan karya sastra, bukan hanya dari Indonesia, tetapi juga dari seluruh negara lainnya, bisa dengan mudah diakses oleh para siswa.

Menurut dia, seorang siswa perlu memiliki kemampuan bukan hanya kemampuan logika, atau benar dan salah, tetapi juga perlu mendapatkan tambahan pengetahuan etika, yaitu baik atau buruk, dan hal tersebut akan sempurna bila diikuti oleh estetika atau keindahan.

"Keindahan budi pekerti siswa tersebut, bisa belajar dari sastra, yang kini kembali kita bangkitkan," katanya.

Kehadiran Jazidie ke Banjarmasin, diikuti oleh penyair nasional Taufik Ismail dan beberapa penyair nasional lainnya, yang membacakan puisi dan tentang pentingnya karya sasatra dalam mempengaruhi kehidupan sosial seseorang.

(U004/H005)

Pewarta: Ulul M
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014