Beijing (ANTARA News) - Kurangnya transparansi pemerintah China dalam menangani kasus infeksi virus flu burung (Avian Influenza/AI) mempersulit pemantauan mutasi dan penyebaran virus mematikan itu, demikian menurut pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) di Beijing, Jumat. "Situasi di China cukup membingungkan dan ada beberapa informasi yang bertentangan," kata Julie Hall, Koordinator Kewaspadaan dan Respon Pandemi WHO di China kepada AFP. "Kami benar-benar tidak tahu berapa banyak strain virus flu burung yang ada di China karena informasi yang diberikan kepada kami dari Kementerian Pertanian terbatas dan sampel virus yang kami minta tidak diberikan," tambahnya. Hall mengemukakan hal itu setelah pemerintah China menolak klaim temuan ilmuwan Hong Kong dan Amerika Serikat tentang sub keturunan (sub lineage) baru virus H5N1--yang disebut "Fujian-like"--yang telah muncul dan menimbulkan dampak di bagian selatan China. Kementerian Pertanian China mengatakan temuan itu, yang diterbitkan dalam publikasi akademik Amerika, "tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta yang ada". Menurut kementerian itu strain virus flu burung yang ada di bagian selatan China masih virus yang sama dengan virus yang sebelumnya merebak di daerah itu. "Para peneliti tidak mengatakan bahwa strain virus yang baru telah muncul, mereka mengatakan bahwa strain tertentu telah menjadi dominan," kata Hall ketika dimintai tanggapan terkait reaksi pemerintah China terhadap temuan ilmuwan itu. Virus selalu bermutasi dan berubah menjadi generasi dan strain yang baru, substrain juga selalu muncul tetapi yang terpenting dalam hal ini adalah untuk mengetahui virus mana yang menjadi dominan, kata Hall. Strain virus flu burung yang dominan bisa menjadi indikasi bahwa virus itu akan menjadi resisten terhadap vaksin yang diberikan kepada unggas. China melakukan vaksinasi terhadap sekitar 8,2 miliar unggas pada Januari hingga September tahun ini. "Saat ini, tidak ada cukup data untuk membuat kesimpulan....tetapi inilah yang bisa ditunjukkan oleh data yang ada," katanya. WHO ingin melihat "ratusan, atau jika tidak ribuan sequens gen virus flu burung" yang diambil Kementerian Pertanian dari sumber data publik, kata Hall. Dia mengatakan informasi semacam itu sangat diperlukan untuk mengembangkan vaksin flu burung baru untuk hewan dan manusia serta uji diagnostik flu burung dan pengendalian epidemi. "Kita perlu menjernihkan gambaran yang sebenarnya dan untuk ini pembangian informasi sangat merupakan hal yang vital," demikian Hall.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006