New York (ANTARA News) - Anak-anak yang bertahan dari kanker pada masa usia kanak-kanak yang terkena pajanan terapi radiasi sebelum mencapai usia 5 tahun adalah usia yang menghadapi risiko tertinggi akan kemungkinan terkena tumor pada sistem syaraf pusat (CNS) selang beberapa tahun kemudian demikian diungkapkan oleh data-data baru dari penelitian terhadap anak-anak yang bertahan hidup dari kanker semasa kanak-kanak. Jenis tumor CNS yang umumnya ditemui pada anak-anak tersebut adalah gliomas dan meningiomas yang biasanya ditemukan di dalam otak namun dapat dijumpai ditempat lain. "Pada sebagian kecil anak-anak yang mampu bertahan dari kanker yang mereka derita semasa usia kanak-kanak dan menjalanin terapi radiasi dapat berkembang kearah kanker baru di waktu kemudian selang bertahun-tahun sebagai akibat terkena pajanan radiasi,"Dr.Joseph P.Neglia dari Universitas Minnesota, Fakutas kedokteran dan Lembaga Kanker. "Pada sebagian anak sebanyak 1 persen dari jumlah total penderita kanker usia kanak-kanak yang mampu bertahan dalam selang waktu bertahun-tahun kemudian akan terkena tumor otak," kata Nedlia. Risiko tertinggi untuk terkena kanker kedua kalinya (kanker CNS) pada anak-anak yang menjalani terapi radiasi pada usia sangat muda terbuka kemungkinan untuk berkembang menjadi kanker otak di waktu kemudian, demikian dikatakan Joseph Neglia dan rekan-rekannya dalam makalah yang dimuat di majalah Lembaga Kanker Nasional AS. Dari penelitian yang melibatkan 14.361 pasien penderita kanker pada usia anak-anak yang berhasil bertahan setelah lima tahun terbebaskan dari kanker 116 diantaranya beberapa tahun kemudian menderita kanker CNS. Empat puluh diantaranya menderita gliomas berselang sembilan tahun setelah lolos dari kanker pertama di usia anak-anak, 66 orang diantaranya menderita kanker meningiomas selang 17 tahun setelah dinyatakan sembuh dari kanker pertama pada usia anak-anak. Penyembuhan dengan cara radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi enam kali lipat untuk glioma dan sepuluh kali lipat risiko terkena mengingioma. "Risiko terkena tumor ganas CNS semakin meningkat seiring dengan meningkatnya dosis radiasi yang digunakan untuk terapi penyembuhan dari kanker yang pertama yang diidap," kata Dr.Neglia kepada Reuters. Anak-anak pada usia yang lebih muda pada saat menjalani terapi radiasi memiliki risiko paling tinggi untuk mengalami proses berkembang ke kanker lainnya , kanker CNS," kata Neglia kembali menegaskan. Penelitian Neglia mempertegas dampak kuat dari terapi radiasi dan risiko terkena tumor ganas CNS selang beberapa tahun setelah bertahan dari kanker yang pertama mengingat tercatat 60 persen dari kematian adalah anak-anak yang bertahan dari kanker pertama saat usia sangat muda dan menjalani terapi radiasi namun mereka tekena kanker CNS selang bertahun-tahun kemudian. Mereka (para peneliti) menyimpulkan bahwa perlu untuk tetap mengamati anak-anak yang mampu bertahan dari kanker pada usia muda atau sangat muda terutama yang menjalani terapi radiasi menjadi petunjuk penting bagi deteksi dini terhadap jenis tumor atau kanker yang kedua . "Jadi sangat penting bagi para penderita kanker pada usia kanak-kanak yang mampu bertahan untuk mengetahui catatan medis mereka, terapi apa saja yang mereka terima dan rekomendasi bagi kelanjutan pemeliharaan kondisi kesehatan mereka selanjutnya." "Banyak lembaga kesehatan yang berhasil menangani pasien yang mampu bertahan dari kanker yang memberikan segala kebutuhan pengobatan bagi pasien yang bertahan terhadap kanker tersebut. Sementara kanker ganas umumnya timbul atau terjadi lebih cepat sedangkan tumor lainnya seperti meningioma berkembang seiring waktu yang lebih panjang rentangnya dari kanker pertama. Upaya untuk melakukan skrining terhadap tumor yang kedua dari jenis CNS dapat dipertimbangkan berdasarkan kasus per kasus pasien dan penilaian serta pertimbangan tim dokter yang menangani pasien tersebut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006