Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga BI (BI Rate) sekitar 50 basis poin (bps) dari 10,75 persen menjadi 10,25 persen. Direktur Direktorat Perencanan Strategis dan Humas BI, Budi Mulia, mengatakan penurunan ini diputuskan setelah melihat perbaikan ekonomi yang terus terjadi dan stabilitas makro ekonomi yang terjaga. "Ini penurunan suku bunga BI yang keenam kali dari posisi 12,50 persen," katanya di Jakarta, Selasa Budi Mulia menyebutkan indikator awal makro ekonomi triwulan keempat 2006 mengindikasikan pertumbuhan ekonomi masih akan meningkat yang didorong oleh terus meningkatnya net ekspor dan konsumsi. Pada Oktober 2006, inflasi indeks harga konsumen (IHK) "year-on-year" (tahunan) masih dalam kecenderungan menurun yang tercatat sekitar 6,29 persen dengan inflasi kumulatif Jakarta-Oktober 2006 sebesar 4,96 persen. Melihat perkembangan inflasi oktober itu, dia menambahkan, BI menilai dampak kenaikan BBM pada Oktober 2005 sudah dapat tertanggulangi dan kebijakan moneter telah memitigasi dampak lanjutannya. Dia juga menyebutkan volatilitas nilai tukar relatif rendah ditopang oleh imbal hasil rupiah yang terjaga, risiko yang menurun dan tekanan kenaikan suku bunga global yang berkurang. Persepsi positif Menurutnya, Dewan Gubernur BI juga menilai kebijakan penurunan BI Rate sejauh ini masih direspon positif oleh pelaku ekonomi yang terlihat dari meningkatnya IHSG yang didorong oleh arus masuk modal asing sejalan dengan persepsi positif dampak penurunan suku bunga terhadap prospek perekonomian. Dia mengatakan persepsi positif juga terjadi di pasar obligasi pemerintah yang tercermin pada "yield" (bunga) SUN yang menurun, meski terjadi penurunan kepemilikan asing. Sedangkan di sektor perbankan pada bulan September 2006, BI mencatat penyaluran kredit meningkat sebesar Rp18,5 triliun atau tertinggi dalam tahun 2006 dan secara kumulatif selama Januari-September 2006 tumbuh 7,9 persen. Rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan), gross atau net, juga menurun menjadi 8,5 persen dan 4,9 persen dari posisi Agustus 2006 sebesar 8,8 persen dan 5,0 persen. Budi Mulia menambahkan Dewan Gubernur BI mencatat terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam perekonomian ke depan, seperti peningkatan kapasitas produksi yang masih lambat, meski sudah menunjukkan perbaikan, dan indikasi tren menurun pada harga komoditas dunia, serta meningkatnya impor barang konsumsi yang dapat mempengaruhi kinerja neraca pembayaran Indonesia secara keseluruhan. Dari aspek pembiayaan, lanjutnya, respon perbankan terhadap penurunan BI rate masih membutuhkan waktu penyesuaian untuk penurunan suku bunga kredit terkait dengan penyelesaian NPL dan proses internal di masing-masing bank. (*)

Copyright © ANTARA 2006