"Kita tidak tahu alasan pasti pemimpin Korut kembali ke meja perundingan enam negara. Namun, kita bisa berspekulasi bahwa kutukan luas dari masyarakat internasional dan adopsi sanksi Dewan Keamanan PBB memainkan peranan penting," ujar Schulte.
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyambut baik keputusan Korea Utara (Korut) untuk kembali ke meja perundingan enam-pihak, namun Washington berpendapat bahwa jauh lebih penting jika Pyongyang memiliki komitmen untuk melucuti program senjata nuklirnya. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Wina Gregory L Schulte kepada wartawan dalam sebuah wawancara jarak jauh di Kedutaan Besar AS Jakarta, Selasa. "Kami menyambut baik keputusan Korut, sebagaimana yang dikemukakan Presiden Bush. Kami juga menyambut baik sikap Cina yang mampu membawa Korut kembali ke meja perundingan, namun kita tidak hanya membutuhkan perundingan itu. Kita membutuhkan Korut untuk kembali kepada komitmennya pada September tahun lalu," katanya. Masyarakat internasional menyerukan Korut segera kembali ke perundingan enam negara --Korut, Korea Selatan, AS, Cina, Jepang dan Rusia-- yang macet guna menghentikan program nuklirnya serta melaksanakan pernyataan bersama 19 September tahun lalu dan secepatnya memenuhi harapan-harapan masyarakat internasional. Korea Utara berjanji pada 19 September tahun lalu untuk memberikan program nuklirnya ditukar dengan bantuan energi dan jaminan keamanan. Tetapi Pyongyang memboikot perundingan sejak November sebagai wujud protes atas sanksi keuangan dari AS. Menurut dia, perundingan enam negara sangat penting untuk menjembatani hubungan diplomatik. Saat ditanya mengenai alasan Korut kembali ke perundingan enam negara, Dubes Schulte mengaku tidak mengetahui secara pasti. "Kita tidak tahu alasan pasti pemimpin Korut kembali ke meja perundingan enam negara. Namun, kita bisa berspekulasi bahwa kutukan luas dari masyarakat internasional dan adopsi sanksi Dewan Keamanan PBB memainkan peranan penting," ujarnya. Sebagai reaksi atas uji-coba senjata nuklir Korut pada 9 September 2006, DK PBB mengadopsi resolusi 1718, 2006 terhadap program nuklir Korut. Menjawab pertanyaan mengenai apakah keputusan Korut untuk kembali ke perundingan enam negara akan mempengaruhi kebijakan AS terhadap Korut, Schulte mengatakan pencabutan sanksi keuangan bukan merupakan kewenangannya. Mengenai isu nuklir Iran, Schulte mengatakan AS tidak menolak penggunaan nuklir untuk tujuan damai, termasuk oleh Iran. AS, kata dia, juga siap untuk membantu semua negara yang berkeinginan mengembangkan program nuklir untuk tujuan damai. "AS siap memberikan bantuan...terutama untuk keamanan pasokan energi listrik," katanya. Oleh karena itu, kata dia, saat ini diperlukan kesatuan sikap dari dunia internasional mengenai isu nuklir Iran sehingga dapat secara bersama-sama membujuk para pemimpin Iran untuk mengubah pandangannya. "Saat ini yang dilakukan oleh para pemimpin Iran adalah berkonfrontasi dengan masyarakat internasional. Kami di Wina, di New York, dan masyarakat dunia tengah berusaha meyakinkan para pemimpin Iran untuk mengubah pandangannya," katanya. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar juga diharapkan dapat memainkan peran penting dalam upaya membujuk para pemimpin Iran untuk mengubah cara pandangnya, katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006