Jakarta (ANTARA News) - Nama Raden Mas (RM) Tirto Adhi Soerjo yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah RI perlu diabadikan, antara lain untuk nama jalan, kata Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, Profesor Nina Herlina Lubis. "Perjuangannya adalah total, dan dia tidak memikirkan kepentingan pribadinya saat dibuang oleh Belanda ke Lampung dan Ambon," ujarnya kepada ANTARA News di Istana Negara, Jakarta, usai penganugerahan gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nina, yang juga Ketua Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, mengatakan bahwa jika seseorang yang mendapat gelar Pahlawan Nasional, maka namanya bisa diabadikan sebagai nama jalan di ibu kota negara, ibu kota propinsi atau daerah kelahirannya. RM Tirto Adhi Soeryo dilahirkan di Blora 1875 dan dimakamkan di Bogor pada 30 Desember 1973, dan tercatat pernah mengikuti pendidikan kedokteran Stovia di Jakarta. Pada tahun 1903, ia mendirikan koran Soenda Berita yang menjadi penerbitan pers pertama oleh pribumi, sehingga Tirto Adhi Soeryo bisa disebut sebagai perintis pers pribumi. Dengan modalnya sendiri, ia juga mendirikan surat kabar Medan Prijaji yang merupakan koran bervisi nasional pertama di tanah air. Melalui surat kabar Medan Prijaji itulah, Tirto Adi Soeryo memperkenalkan istilah anak Hindia. Nina Lubis mengharapkan, Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Jawa Barat ataupun Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Blora, memperhatikan selaigus mempertimbangkan untuk mengabadikan nama RM Tirto Adi Soeryo menjadi nama jalan di daerah tersebut. Ia mengungkapkan, dirinya pernah berupaya melacak keturunan Pahlawan Nasional tersebut di daerah kelahirannya, Blora, namun sayangnya pelacakan tersebut belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, karena anak keturunannya di daerah itu belum bisa ditemukan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006