Bogor (ANTARA News) - Persiapan pengamanan kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS), George W Bush, guna bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Kepresidenan di Bogor, Jawa Barat (Jabar), semakin ditingkatkan pada H-7 atau memasuki tujuh hari sebelum hari "H" pada 20 Nopember 2006. Lokasi utama yang pengamanannya mulai meningkat adalah di seputaran Istana Kepresidenan Bogor dan Kebun Raya Bogor (KRB), tempat terdapatnya helipad (landasan helikopter) yang akan didarati helikopter yang membawa Presiden Bush, demikian dilaporkan wartawan ANTARA, Senin pagi. Dua truk pasukan TNI dari Batalyon Infanteri (Yonif) 300/Raider Cianjur, mulai Senin pagi, telah melakukan patroli dengan mengelilingi Istana Kepresidenan Bogor. Bersenjata laras panjang, pasukan TNI itu juga berada di tiga pintu gerbang utama masuk KRB, yakni di pintu utama Pasar Bogor, pintu utama depan Pangrango Plaza dan pintu utama Kantor Pos Bogor di Jl Ir H Djuanda. Terkait dengan pengamanan itu, pada hari Rabu (7/11), dua panser juga telah melintasi jalur di Istana dan KRB. Melalui pernyataan dari petugas KRB yang tidak ingin disebutkan namanya itu, dikatakan bahwa panser yang tampak pada hari Rabu (7/11) itu sedang dibawa untuk diperbaiki di Batalion Infanteri (Yonif) 315 Bogor. Ketika dikonfirmasi ke pihak Yonif 315, Wakil Komandan Yonif 315, Mayor (Inf) Widya Prasetyo mengatakan bahwa memang benar beberapa kendaraan berat milik TNI sedang diperbaiki di tempat itu. Duta besar (Dubes) AS untuk Indonesia, Lynn B Pascoe dalam dalam konferensi pers di Kedubes AS Jakarta saat ditanya standar pengamanan lokasi pertemuan, ia mengatakan setiap pertemuan kepala negara tentu akan memiliki suatu standar pengamanan tertentu. "Kepala negara tidak akan berpergian ke suatu tempat tanpa pengamanan khusus. Itu juga yang terjadi ketika Presiden Yudhoyono berkunjung ke AS," katanya. Sedangkan Panglima TNI, Marsekal TNI Djoko Suyanto, ketika ditanya hal yang sama mengatakan pihaknya sudah melakukan berbagai persiapan untuk melakukan pengamanan kunjungan Bush ke Indonesia, termasuk melakukan kerjasama dengan pihak pengamanan dari AS. "Semuanya sudah dipersiapkan secara matang, termasuk soal pengamanan," katanya. Pihaknya sudah biasa melakukan pengamanan tamu VIP dan VVIP, namun untuk pengamanan Bush diakui sedikit berbeda, mengingat Presiden AS selalu membawa konsekuensi yang berbeda pula. "Presiden Bush selain sebagai presiden negara adidaya juga sebagai presiden yang cukup kontroversial. Jadi perlu ada pengamamanan super khusus," kata Djoko Suyanto. Terus berkoordinasi Sedangkan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengemukakan Indonesia sangat berkepentingan kunjungan Presiden Bush selama beberapa jam ke Indonesia berlangsung aman. "Karena itu, kami terus berkoordinasi dengan pihak pemerintah AS. Agar selama kunjungannya ke Indonesia berjalan lancar dan baik, hingga baik pula untuk kerja sama kedua negara," katanya. Ia mengatakan aparat keamanan Indonesia terus meningkatkan persiapannya menjelang kedatangan Presiden Bush ke Istana Bogor, termasuk terus berkoordinasi dengan pihak keamanan AS. Sementara itu, Kapolri Jenderal Sutanto menyatakan Polri menganggap wajar jika pemerintah AS menginginkan pengamanan yang lebih ketat diberlakukan Indonesia terkait dengan rencana kedatangan Presiden AS itu. "Saya kira untuk mereka, ya... wajar-wajar saja. Karena memang ancamannya, ya.. kita tahu. Kitapun membantu juga supaya mereka merasa aman," katanya. Kapolri juga mengindikasikan bahwa pihak kepolisian akan mengupayakan penambahan personel pasukan keamanan saat Bush nanti berkunjung ke Indonesia. "Tentu akan kita cukupi untuk bisa meng-'cover' dengan baik," katanya. Secara umum, Sutanto mengatakan pengamanan kedatangan Presiden Bush ke Indonesia akan dilakukan seperti biasanya yang diberikan kepada para pemimpin dunia lain yang berkunjung ke Indonesia. "Kita siapkan, tentunya sebagaimana kunjungan kepala-kepala negara yang lain. Kita siapkan sehingga kunjungannya selama di Indonesia dapat terlaksana dengan baik, jangan terjadi apapun," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006