Beijing (ANTARA News) - Tak sekedar bertemu dengan para pemimpin tertinggi Tiongkok, Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga melihat langsung apa yang ditawarkan oleh negeri Tirai Bambu itu dengan gaya "blusukan"nya.

Seusai meninggalkan Balai Agung Rakyat, tempat keputusan-keputusan penting Tiongkok diambil, Presiden dengan didampingi oleh Menko Prekonomian Sofyan Djalil dan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel berkunjung ke Tianjin, yang terletak di selatan Beijing.

Untuk menuju kota tersebut, Presiden yang juga disertai oleh Ibu Iriana Joko Widodo memilih menggunakan kereta cepat Tianjin-Beijing untuk menempuh perjalanan sekitar 117 kilo meter.

Kereta cepat Beijing - Tianjin adalah salah satu kebanggaan Tiongkok yang menghubungkan dua kota itu dalam waktu tempuh hanya 30 menit.

Kedatangan Presiden beserta rombongan di stasiun sempat memancing rasa ingin tahu para pengguna alat transportasi tersebut yang berkerumun di sekitar jalan yang dilalui Presiden.

Dalam suatu sesi wawancara di dalam kereta api cepat tersebut, Presiden Jokowi menyebut kereta cepat itu sebagai contoh bahwa pembangunan infrastruktur hendaknya tidak dilakukan terlambat.

"Infrastruktur itu jangan terlambat, apapun, apalagi yang menyangkut hubungan antara kota dengan kota, antar pulau dengan pulau. Konektivitas itu wajib," katanya.

Menurut Presiden, infrastruktur itu semakin cepat dibangun akan semakin murah sementara itu semakin lama atau semakin diundur pembangunannya akan semakin mahal dan manfaatnya hilang.

Ia kemudian memberikan contoh pembangunan MRT (Mass Rapid Transportation) yang akan jauh lebih murah apabila dibangun 20 atau 25 tahun lalu terkait dengan pembebasan lahan dan urusan non teknis lainnya.

"Ini ada keputusan politik. Kalau sudah diputuskan ya memang harus segera dikerjakan, jangan menunda-nunda apa yang namanya pembangunan infrastruktur," katanya.

Namun saat ditanya apakah pemerintahannya berniat membangun kereta api cepat itu, Presiden mengatakan belum dapat menyampaikan hal itu karena belum konkrit.

Di Tianjin, Walikota Tianjin Huang Xingguo secara khusus menyambut Presiden dan Ibu Iriana.

Ia menyampaikan kebahagiannya karena Presiden Jokowi berkenan berkunjung ke kota tersebut.

Xingguo juga menyampaikan komitmennya untuk melaksanakan kesepakatan yang telah disetujui oleh Presiden Jokowi dengan Perdana Menteri Li Keqiang dan Presiden Xi Jinping.

Sementara itu Presiden menyampaikan kekagumannya pada tata kota Tianjin, yang bersih dan indah karena banyak memiliki taman kota. Mengingat musim di Tiongkok mulai memasuki awal musim gugur, beberapa pohon di taman-taman kota tampak mulai menguning.

Kota Tianjin menurut Presiden adalah kota yang tumbuh pesat sekali karena ditunjang oleh industri, pelabuhan, pembangkit tenaga listrik dan infrastruktur, transportasi dan lain-lain.

"Saya kira pengalaman-pengalaman seperti inilah yang ingin kita cari dan ingin kita laksanakan di Tanah Air," katanya.



Pelabuhan

Dengan rombongannya yang relatif kecil, kurang dari 50 orang rombongan inti, termasuk 13 wartawan, Presiden Jokowi terlihat leluasa melakukan peninjauan di kantor pelayanan Pelabuhan Tianjin dan bahkan dermaga kontainer. Ia secara langsung menanyakan kapasitas pelabuhan dan hitung-hitungan ekonomi operasional bandara tersebut.

"Rencana kita akan mengembangkan 24 pelabuhan dalam lima tahun ini. Oleh sebab itu mengapa kita ke Tianjin, ini adalah pelabuhan besar dan arah pengembangan 50 tahun 100 tahun sudah ada perencanaan," katanya.

Menurut Presiden pada 2015 pemerintah akan siap membangun empat pelabuhan sehingga kunjungan ke Tianjin tersebut dipandang Presiden sebagai suatu penjajakan dan pembelajaran.

"Pertama, kita ingin melihat di lapangan, kedua kalau bisa kerja sama antara BUMN dengan BUMN kalau tidak ya swasta dengan swasta," katanya.

Namun ia tidak menutup dilakukannya pembiayaan oleh pemerintah apabila rencana tersebut masih dianggap tidak menarik oleh investor.

Terkait peluang mengadopsi konsep pelabuhan Tianjin, Presiden mengatakan pelabuhan Tianjin memang terhitung efisien namun belum ada pembahasan ke arah itu sekalipun ia mengaku contoh di Tianjin sudah lebih dari cukup, baik dari segi manajemen maupun perencanaan.

Pelabuhan Tianjin juga merupakan pelabuhan terbesar di kawasan utara Tiongkok dan merupakan pintu akses maritim terpenting bagi Beijing.

Dengan luas daratan 121 km persegi, pelabuhan Tianjin adalah "man-made port" terbesar di Tiongkok.

Pada tahun 2013 pelabuhan Tianjin menangani kargo sejumlah 500 ton dan kontainer sebanyak 13 juta TEU yang menjadikannya sebagai pelabuhan dengan aktivitas keempat terbesar di dunia dan pelabuhan kontainer kesembilan terbesar di dunia.

Pelabuhan Tianjin menghubungkan Tiongkok dengan lebih dari 600 pelabuhan di 180 negara di dunia.



Pembangkit Listrik Terintegrasi


Selain "blusukan" di pelabuhan Presiden Jokowi juga "blusukan" melihat integrasi antara fasilitas pembangkit listrik, pemurnian air laut, dan pembuatan garam di Tianjin Beijiang Power Plant .

Seperti diketahui Indonesia sangat membutuhkan tambahan energi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri agar mampu bersaing.

"Mereka dalam membangun pelabuhan itu pasti terintegrasi. pembangkit listrik ada, pelabuhan ada, zona industri menjadi satu. Menjadi efisien, membawa barang dekat, menarik listrik ke industri dekat. Inilah yang ingin terus kita pelajari mengapa barang mereka sangat kompetitif bisa sangat murah dan efisien," katanya.

Kepala Negara melakukan tanya jawab langsung dengan penanggung jawab fasilitas pembangkit listrik tersebut tentang tingkat efisiensi fasilitas itu termasuk juga dampaknya terhadap lingkungan.

Tianjin Beijiang Power Plant adalah pembangkit listrik bertenaga batu bara dengan kapasitas 2.000 megawatt yang dibuka pada 2009 dan berlokasi di Hangu Subdistrik, Binhai New Area.

Pembangkit listrik itu adalah salah satu sumber tenaga bagi Tianjin terutama kawasan Binhai New Area.

Selaras dengan gagasan yang diusungnya dalam kampanyenya untuk jabaran RI1, pada kunjungan kerja pertamanya ke luar negeri Presiden Jokowi tampaknya juga langsung menyasar pada upaya-upaya untuk mewujudkan konektivitas antar kota dan kawasan di Indonesia serta mewujudkan ketahanan energi.

Sekalipun belum secara terbuka menyampaikan hasil dari "blusukannya" tersebut, dalam suatu wawancara seusai jamuan santap malam para pemimpin ekonomi APEC di Water Cube, Beijing, Presiden Jokowi mengakui bahwa ada hasil konkrit dari pertemuannya dengan para pemimpin Tiongkok serta kunjungan kerjanya ke negeri tersebut.

Oleh GNC Aryani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014