Surabaya (ANTARA News) - Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo (Timnas PSLS) menyatakan bahwa volume air dan lumpur yang telah dibuang ke Selat Madura melalui Kali Porong, hingga saat ini sudah mencapai satu juta meter kubik. Volume lumpur yang dibuang setiap harinya ke Kali Porong sudah lebih besar, yakni 200 ribu meter kubik/hari, jauh lebih besar dibandingkan yang keluar dari pusat semburan di kawasan pengeboran Lapindio Brantas Inc, 125 ribu-150 ribu meter kubik/hari. Anggota Tim Pelaksana Timnas PSLS Bidang Perlindungan Infrastruktur, Arie Setiadi, mengemukakan hal tersebut pada "Lokakarya Terbatas Penyusunan Rencana Pemulihan Pasca Bencana di Kawasan Rawan Bencana di Jatim", di kantor Balitbang Propinsi Jatim di Surabaya, Kamis. "Lumpur yang dibuang ini masih menggunakan lima unit pompa dengan total kapasitas 5,2 meter kubik/detik. Tetapi, untuk menghadapi musim hujan, kami akan menambah lima pompa lagi hingga menjadi 10 unit, dengan total kapasitas 7,5 meter kubik/detik," ucapnya. Timnas mengaku, kesulitan mengalirkan lumpur ini menuju ke spill way (saluran pelimpah) sebelum dibuang ke Kali Porong, dikarenakan lumpur Lapindo sudah tidak bercampur dengan air dan sangat pekat. Apalagi, lumpur yang keluar beberapa hari ini dari pusat semburan lebih kental dari sebelumnya. Akibatnya, pompa yang dioperasionalkan tidak bisa bekerja maksimal. "Kami hanya butuh suhu 50 derajat celsius untuk mengoperasikan pompa, tetapi suhu yang ada mencapai 100 derajat celsius. Akhirnya, kami harus mengubah sistem pompa itu dulu," tuturnya. Menurut Arie, Timnas memang berharap turun hujan secepatnya, untuk menggelontor lumpur yang dialirkan ke Kali Porong, agar tidak terjadi pengendapan (sedimentasi) berlebihan di muara Kali Porong. Tetapi, satu sisi, jika hujan itu terlalu deras, dikhawatirkan bisa mengakibatkan banjir bandang lumpur. "Jika mau berharap, hujan itu turunnya sedikit-sedikit tetapi teratur. Tapi, apakah mungkin itu terjadi? Saat ini, telah terjadi degradasi di Kali Porong sedalam 2 sampai 3,5 meter dan harus dikeruk dalam waktu dekat, agar tidak terjadi banjir saat hujan. Ini memang dilema," tuturnya. Untuk itu, Timnas akan secepatnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar lokasi luberan lumpur untuk memahami jalur-jalur evakuasi saat hujan tiba. Selain itu, akan diadakan simulasi untuk mengetahui kesiapan dari masyarakat. Jalur evakuasi yang disiapkan adalah masyarakat diharapkan naik ke atas tanggul, saat banjir bandang terjadi. "Kami akan menggunakan rujukan dari RTD Keruntuhan Bendungan dengan SK Menteri Kimpraswil Nomor 296/KPTS/M/2001 tentang Tsunami Evacuation Route (jalur evakuasi saat gelombang Tsunami). Jadi, akan dipasang tanda-tanda penunjuk arah jalur evakuasi bagi masyarakat seperti di Aceh," paparnya. Pihaknya juga berkoordinasi dengan PT Jasa Tirta Jatim I di Malang untuk terus melakukan penggelontoran air sebanyak satu meter kubik/detik setiap harinya, mulai pukul 07.00-10.00 dan 19.00-22.00 WIB. Tetapi, penggelontoran ini memang belum maksimal, karena lebar Kali Porong mencapai 80 meter. Untuk itu, akan dibuatkan sub-kanal di Kali Porong dengan lebar 2,5 meter, agar penggelontoran menjadi efektif. Sementara Jubir Timnas PSLS, Rudi Novrianto dihubungi terpisah, menjelaskan, bahwa pihaknya kini sedang melakukan pengerukan di muara Kali Porong --selat Madura--, dimana hasil pengerukan lumpur itu ditampung dalam rawa buatan di tepi pantai dekat muara. "Rawa buatan itu dikelilingi `sesek` (pagar anyaman bambu) dengan ketinggian lumpur hasil kerukan tidak lebih dari dua meter. Itu solusi yang saat ini kita lakukan menjelang musim hujan," ucapnya. Mengenai skenario open channel (membuka saluran langsung dari pusat semburan lumpur ke Selat Madura), ia menjelaskan bahwa cara itu merupakan program jangka panjang yang masih dipertimbangkan, pasalnya menyangkut pembuatan kanal dan cost atau biaya diperlukan yang harus diperhitungkan matang.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006