Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan kurikulum pendidikan di sekolah harus mampu menjadi sarana aktualisasi diri para remaja sehingga energi yang tersimpan dapat berkembang ke arah positif.

"Kurikulum harus diubah ke arah yang lebih mengajak para pelajar untuk berpartisipasi, dengan begitu angka kenakalan remaja dapat ditekan. Kurikulum kita saat ini sudah tidak aman dan ramah bagi anak-anak," katanya di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, segala sesuatu yang dimiliki oleh remaja senantiasa harus disalurkan dan diarahkan.

"Energi dan kreativitas remaja harus difasilitasi, kebutuhan biologisnya pun harus diarahkan," jelas Arist.

Ia menambahkan kurikulum sekarang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual sedangkan kecerdasan emosional dan spiritual kurang diperhatikan.

"Dua kecerdasan itu (emosional dan spiritual) akan hilang karena remaja hanya mengejar target sukses ujian nasional," katanya.

Menurut Arist, hal ini juga menjadi tantangan dari tugas menteri pendidikan yang baru.

"Butuh kurikulum yang lebih ramah untuk anak-anak," katanya.

Ia menambahkan guru hanyalah bertugas sebagai fasilitator pendidikan bukan pihak yang bisa menangani semua hal.

"Dengan kurikulum yang partisipatif, guru akan lebih tahu apa saja keluhan murid dan bagaimana cara menanganinya," katanya.

Pewarta: Sigid Kurniawan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014