"Saat saya memeluk Pendeta Lipiyus Biniluk, air mata saya menetes, karena memajukan pendidikan di Papua sangat berat," kata Yohana.
Perempuan pertama Papua yang bergelar doktor dan profesor di Universitas Cenderawasih (Uncen), Jayapura, Papua, tersebut juga berkali-kali mengusap air mata di pipinya saat memberikan sambutan di hadapan ribuan warga Lanny Jaya.
Ia mengemukakan, kemajuan yang dicapainya saat ini membutuhkan banyak pengorbanan dan kerja keras.
Bahkan, ia pun merasa terharu karena sebagai seorang menteri di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK) akhirnya dapat kembali ke Tiom, Lanny Jaya.
"Saya berdiri di sini adalah pertama kali turun lapangan di Lanny Jaya sebagai menteri. Tadi sewaktu saya turun dari pesawat, saya sangat bangga dengan kemajuan yang mulai dicapai," katanya.
Menurut dia, jumlah anak Papua di usia pendidikan sudah sangat banyak, terutama kaum perempuan sehingga membuatnya tergerak dan tertarik segera datang ke Tiom.
"Saya dosen selama 30 tahun di Uncen, saya pernah ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, saat Pak James Modouw jadi Kadis Pendidikan Papua," ujarnya.
Ia menimpali, "Saat itu saya lakukan seleksi guru bahasa Inggris untuk ke Austaralia dan juga kepala sekolah pada 2010."
Yohana, yang menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) di Kanada dengan tesis mengenai delapan suku di Kabupaten Jayawijaya, menyampaikan: "Bahasa Inggris adalah kunci untuk bersekolah ke luar negeri, jika ada yang mau ambil S3 di luar negeri bisa datang ke saya."
Ia menilai, berhasil atau tidaknya pendidikan terhadap anak-anak usia sekolah berada di tangan para guru dan orang tua di rumah, terutama kaum ibu.
"Berhasil tidaknya pendidikan ada di tangan guru dan ibu, dan tadi saya lihat telah banyak perubahan pendidikan di Lanny Jaya dengan adanya ratusan TK dan PAUD yang saya resmikan," demikian Yohana M. Yembise.
Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014
