Hanoi (ANTARA News) - Para pemimpin utama Asia Pasifik, Minggu, akan menyerukani upaya mendesak bagi dimulainya kembali pembicaraan perdagangan global yang macet, dalam pernyataan akhir mereka yang tidak membuat tudingan langsung kepada Korea Utara, demikian menurut sebuah draf yang diterima AFP. Teks tersebut menekankan komitmen untuk mencapai terobosan dalam perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menghapus tarif dan hambatan lain bagi perdagangan dan pergerakan bebas barang. Namun program senjata nuklir Korea Utara -- salah satu tema utama dari Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vietnam -- tidak nampak dalam draf. Tak munculnya isu ini mungkin berarti para pemimpin sedang bersiap untuk mengeluarkan sebuah pernyataan bersama secara terpisah mengenai krisis yang dipicu oleh ujicoba bom atom 9 Oktober Pyongyang yang mengagetkan. Presiden AS George W. Bush, selama serangkaian pertemuan tertutup di sini, terutama dengan para pemimpin dari Jepang dan Korea Selatan, telah berjuang untuk mempertahankan front bersama bagi tindakan keras terhadap Korea Utara. China dan Rusia telah mendesakkan kehati-hatian, memperingatkan bahwa mendesak rejim yang terisolasi dan miskin tersebut terlalu jauh dapat membahayakan upaya-upaya untuk memulai kembali perundingan pelucutan senjata setelah Pyongyang mengatakan pihaknya akan kembali ke perundingan. Dalam sebuah pernyataan, para pemimpin tersebut memperingatkan bahwa akibat dari kegagalan dari apa yang WTO sebut perundingan perdagangan Putaran Doha "akan terlalu berbahaya bagi ekonomi kami dan sistem perdagangan multilateral global." "Kami harus, oleh karena itu, tidak meluangkan upaya untuk memecahkan kebuntuan sekarang dan mencapai hasil ambisius dan berimbang secara keseluruhan dari putaran tersebut." Pernyataan itu mengatakan bahwa sementara proposal yang diajukan AS bagi suatu wilayah perdagangan bebas yang besar sekali melintasi Pasifik mengandung "kesulitan praktis" untuk dirundingkan, "itu bagaimanapun juga akan lama bagi APEC untuk benar-benar mempertimbangkan" cara-cara yang lebih efektif untuk meliberalisasikan perdagangan dan investasi di wilayah itu. Para pemimpin "menginstruksikan para pejabat agar melakukan studi lebih jauh," termasuk prospek jangka panjang Zona Perdagangan Bebas Asia Pasifik, dan melaporkan kembali dalam pertemuan puncak tahun depan di Australia. Mengenai keamanan, pernyataan tersebut mengutuk terorisme namun hanya mencatat kemajuan yang dibuat dalam upaya menghilangkan bahaya yang dihadapkan oleh proliferasi senjata perusak massal dan "akan menghadapi ancaman langsung lain terhadap keamanan wilayah kami." "Kami mengakui perlunya untuk mengambil tindakan individual dan bersama yang konsisten dengan lingkungan ekonomi masing-masing untuk melanjutkan komitmen-komitmen tersebut," agar dapat berjalan terus, termasuk menghancurkan apa yang disebut pendanaan teror. Bagian lain dari pernyataan itu menjanjikan peningkatan kerjasama dalam mengatasi HIV/AIDS, dan pandemi seperti avian flu dan konter-terorisme, dan dalam mendraf rencana darurat bagi ekonomi agar pulih dari bencana alam. Korupsi disebut sebagai "salah satu hambatan terbesar bagi pembangunan ekonomi dan sosial" dan para pemimpin tersebut akan bersumpah untuk meningkatkan upaya bagi ekstradisi para tersangka, pelacakan aset dan pemerolehan kembali, dan bantuan hukum bersama. (*)

Copyright © ANTARA 2006