Jakarta (ANTARA News) - Negara-negara ASEAN berupaya meningkatkan kewaspadaan dan kerja sama untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba.

Dari siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Selasa, menyebutkan permasalahan narkotika telah menjadi ancaman global tanpa kecuali termasuk regional ASEAN.

Isu super berat ini menuntut masing-masing negara di ASEAN untuk meningkatkan kewaspadaan dan kerja sama yang lebih kuat sehingga dapat memberantas penyalahgunaan dan peredaran narkoba dengan maksimal.

Sebagai upaya bersama ASEAN dalam meningkatkan upaya penanggulangan masalah narkoba, telah dibentuk sebuah forum khusus di level setingkat kementerian yang menangani permasalahan narkoba yang disebut dengan ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMDM).

Pertemuan ini muncul atas prakarsa Thailand yang menilai masalah narkotika telah menjadi ancaman serius. Pertemuan AMMDM tahun ini adalah rangkaian pertemuan ke-3 yang dihadiri pejabat setingkat menteri yang membawahi narkotika di wilayah ASEAN.

Pertemuan pertama berlangsung di Bangkok, Thailand tahun 2012, dan pertemuan kedua di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam tahun 2013. Pada Pertemuan AMMDM di Brunei Darussalam telah disepakati bahwa Indonesia menjadi penyelenggara AMMDM ke-3 tahun 2014.

Kepala BNN Komjen Pol Anang Iskandar mengungkapkan masalah narkoba jelas ancaman global yang butuh penanganan ideal dan maksimal. Menurutnya, akar dari permasalahan narkoba adalah penyalahgunaannya. Ia mengatakan perlu ada pemahaman bersama bahwa permasalahan narkoba di regional ASEAN tidak akan selesai jika penyalahgunaannya hanya dijebloskan ke dalam jeruji besi.

Dikatakannya, penyalah guna yang dijebloskan ke dalam penjara hanya menambah dampak yang lebih besar lainnya baik untuk si penyalah guna maupun sosial. "Ketika penyalah guna masuk penjara, bandar tertawa lebar karena pasokan ke dalam penjara tetap lancar, bahkan tak sedikit yang akhirnya si penyalah guna naik kelas menjadi bandar," kata Kepala BNN di sela-sela pertemuan AMMDM.

Penanganan yang humanis akhirnya jadi pilihan yang paling realistis. Pilihan ini adalah rehabilitasi untuk penyalah guna narkoba. Dengan sebuah paradigma baru, penyalah guna yang tertangkap tidak bermuara langsung di penjara akan tetapi dilakukan asesmen terlebih dahulu, sehingga bisa dipastikan apakah hanya penyalah guna murni ataukah merangkap menjadi pengedar atau bandar. Jika memang penyalah guna biasa, rehabilitasi jadi solusinya, namun jika bandar atau pengedar dia akan dijatuhi hukuman yang ekstra berat dengan ancaman pidana mati dan dibuat miskin hingga tak bisa berbisnis haram lagi.

Pertemuan AMMDM berlangsung selama dua hari, 2--3 Desember di Jakarta. Dalam pertemuan hari pertama, para kepala badan narkotika dari masing-masing negara mendiskusikan beragam permasalahan narkoba dari hulu ke hilir, dan hasilnya akan dibawa ke dalam pertemuan berikutnya yaitu pertemuan para menteri di ASEAN yang menangani masalah narkotika.

(A064)

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014